Indonesia dan Malaysia Kompak Lawan Kampanye Hitam Sawit

Dewan Negara-negara Produsen Sawit atau Council Palm Oil Producing Countries (CPOPC) menggelar Pertemuan Tngkat Pejabat Tinggi

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Okt 2021, 21:39 WIB
Seorang pekerja mengangkut cangkang sawit di atas rakit di sebuah perkebunan sawit di Sampoiniet, provinsi Aceh (7/3/2021). Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang memiliki produksi terbesar di Kabupaten Aceh . (AFP Photo/Chaideer Mahyuddin)

Liputan6.com, Jakarta Dewan Negara-negara Produsen Sawit atau Council Palm Oil Producing Countries (CPOPC) menggelar Pertemuan Tngkat Pejabat Tinggi atau Senior Officials Meeting (SOM) Ke-22 dalam format hybrid (daring dan tatap muka) pada Kamis, 21 Oktober 2021.

Tujuan utama pertemuan adalah meninjau dan mengevaluasi capaian kegiatan utama serta merumuskan langkah-langkah penting untuk lebih memperkuat kerja sama di antara negara-negara anggota CPOPC.

Pertemuan dipimpin oleh Dr. Musdhalifah Machmud, Deputi Menteri Pangan dan Agribisnis, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia dan didampingi oleh YBhg. Datuk Ravi Muthayah, Sekretaris Jenderal, Kementerian Industri Perkebunan dan Komoditas, Malaysia.

Pertemuan juga dihadiri oleh perwakilan negara-negara pengamat yaitu Kolombia, Ghana, Honduras, dan Papua New Guinea.

Dalam sambutan pembukaannya, Dr. Musdhalifah Machmud, menggarisbawahi tren positif dari pertumbuhan permintaan minyak sawit dan tren kenaikan minyak sawit secara umum.

"Namun, negara produsen mengantisipasi kemungkinan siklus harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) melalui peningkatan konsumsi domestik sebagai bagian dari alat manajemen permintaan," katanya, Jumat (22/10/2021).

Pengelolaan harga minyak sawit berkelanjutan dapat dicapai dengan penerapan program biodiesel. Lebih lanjut, Dr. Musdhalifah menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap kampanye negatif yang semakin masif dan dikeluarkannya berbagai kebijakan dan regulasi yangmenghambat produksi dan perdagangan minyak sawit khususnya di Uni Eropa.

"Berkaitan dengan itu, CPOPC perlu memberikan perhatian serius dan merumuskan strategi yang lebih efektif bagi negara-negara produsen minyak sawit untuk menjawab tantangan tersebut," tambahnya.

Musdhalifah juga menyambut baik kemajuan yang dibuat oleh Komite Ilmiah karena studi dan penelitian berbasis sains harus lebih dipromosikan dalam melawan kampanye negatif terhadap minyak sawit berkelanjutan.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Komitmen Malaysia

Ilustrasi Kelapa Sawit (iStockphoto)

Sementara itu, YBhg. Datuk Ravi Muthayah, Sekretaris Jenderal, Kementerian Industri Perkebunan dan Komoditas, Malaysia, menyambut baikkenaikan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) sejak Juni 2020 namun dengan keprihatinan bahwa serangan terhadap sawit tidak akan pernah surut.

Berkaitan dengan itu, Ravi Muthayah meminta CPOPC untuk melipatgandakan upaya dalam memberikan narasi yang lebih kuat untuk memerangi kampanye negatif.

Negara-negara penghasil minyak sawit tidak boleh berpuas diri dan lengah dengan kompetitor. Menjunjung tinggi keberlanjutan dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) sangat penting yang didukung oleh pemikiran atau penelitian yang ofensif untuk membandingkan minyak sawit dengan minyak nabati lainnya.

Datuk Ravi secara khusus menyatakan dukungan kuat negaranya untuk adopsi Kerangka Kerja Global dari Prinsip untuk Minyak Sawit Berkelanjutan sebagai prinsip panduan bagi negara-negara penghasil minyak sawit yang masuk menjadi anggota dan sebagai contoh untuk tanaman minyak nabati lainnya, dalam mengupayakan kolaborasi yang semakin berdampak, bermakna, dan efektif, Datuk Ravi Muthayah mengajak negara-negara baru yang ingin masuk sebagai anggota untuk mempercepat proses bergabung dengan CPOPC.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya