Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak berada tepat di bawah tertinggi multi-tahun pada akhir perdagangan Jumat. Harga minyak naik di tengah sentimen bullish tentang rendahnya pasokan dihambat oleh kekhawatiran dari para pemimpin dunia bahwa gangguan permintaan dari pandemi COVID-19 mungkin belum berakhir.
Dikutip dari Antara, Sabtu (23/10/2021), harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember naik 92 sen atau 1,1 persen, menjadi menetap di USD 85,53 per barel.
Advertisement
Kontrak acuan global yang menyentuh level tertinggi tiga tahun di USD 86,10 pada Kamis (21/10/2021), menguat 1,0 persen dalam seminggu, kenaikan mingguan ketujuh.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Desember naik USD 1,26 atau 1,5 persen, menjadi ditutup di USD 83,76 per barel, tidak jauh dari level tertinggi tujuh tahun yang dicapai minggu ini. Kontrak WTI melonjak 1,7 persen pada minggu ini dan naik untuk minggu kesembilan berturut-turut.
Harga telah didorong oleh kekhawatiran tentang kekurangan batu bara dan gas di China, India dan Eropa, mendorong beberapa pembangkit listrik untuk beralih dari gas ke bahan bakar minyak dan solar.
Cuaca musim dingin di sebagian besar Amerika Serikat diperkirakan lebih hangat dari rata-rata, menurut perkiraan Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA).
Minyak mentah AS mendapat dukungan minggu ini karena investor mengamati stok minyak mentah yang rendah di pusat penyimpanan AS di Cushing, Oklahoma.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Stok Minyak Mentah
Data Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Rabu (20/10/2021) menunjukkan stok minyak mentah di Cushing turun menjadi 31,2 juta barel, level terendah sejak Oktober 2018.
“Permintaan bensin Amerika tampaknya mengalami periode luar biasa,” kata analis PVM dalam sebuah catatan, menunjuk pada permintaan yang tersirat tertinggi untuk sepanjang tahun ini sejak 2007 meskipun harga di SPBU tinggi.
"Pasokan masih sangat, sangat ketat, pasar hanya berhati-hati tentang kemungkinan peningkatan kasus COVID di Rusia, China, dan sekarang Jerman," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group di Chicago.
Harga mundur dari tertinggi intraday sebelumnya setelah Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan pandemi belum berakhir.
Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan dia tidak bisa mengesampingkan lonjakan COVID-19 lain musim dingin ini.
"Fakta bahwa situasi pasokan masih ketat menentang penurunan harga lebih lanjut di pasar minyak. Kami memperkirakan bahwa Brent akan berharga 85 dolar AS per barel pada akhir tahun," Carsten Fritsch, analis energi di Commerzbank Research, mengatakan Jumat (22/10/2021) dalam sebuah catatan.
Advertisement