Liputan6.com, Jakarta Pada April lalu, sempat muncul gagasan untuk memulai Liga Super Eropa. Terdapat setidaknya 12 klub elit di benua tersebut yang mengeklaim bakal bergabung dengan kompetisi ini. Namun, Liga Super Eropa tak disambut baik oleh sejumlah pihak hingga batal dilanjutkan.
SportBible menyebutkan Real Madrid, Barcelona, dan Juventus tetap teguh dalam komitmen mereka untuk menjalankan proyek kontroversial tersebut. Akibatnya, muncul kabar yang menyatakan bahwa Liga Super Eropa bakal kembali dengan pembaruan.
Advertisement
Laporan Marca juga mengeklaim terdapat dokumen bocor yang menunjukkan bahwa para pendiri Liga Super Eropa tengah mendorong peluncuran kompetisi yang sempat menuai banyak respons tersebut untuk kedua kalinya.
Dalam dokumen dinyatakan bahwa mereka yang berada di belakang Liga Super Eropa tak berencana untuk melepaskan diri dari struktur sepak bola yang ada. Sebaliknya, mereka justru bermaksud melanjutkan ekosistem saat ini.
“Liga Champions saat ini, diarahkan dan dioperasikan oleh UEFA yang memproklamasikan diri sebagai regulator kompetisi sepak bola Eropa, tidak berubah dalam 30 tahun, serta telah menjadi kaku dan membosankan,” bunyi pernyataan dalam dokumen, seperti dilansir dari Marca.
Konsep Anggota Tetap
Hal tersebut lantas mendorong para pendiri mengumumkan niat mereka untuk menghapus konsep anggota tetap. Mereka bersikeras bahwa pihaknya bakal terbuka untuk klub baru setelah mendengar saran penggemar yang tak menginginkan liga tertutup.
Lebih lanjut, Marca menyebutkan bahwa klub Liga Super memang bersikap sangat kritis terhadap posisi ganda UEFA selaku regulator dan operator komersial.
Mereka menyesali hubungan dekat organisasi dengan pemilik klub dari negara-negara nonanggota yang menjadi sponsor bagi kompeitsi dan klub tertentu, serta pembeli hak turnamen yang dioperasikan UEFA.
Advertisement
10 Poin Utama
Terdapat setidaknya 10 poin utama yang menjadi dasar Liga Super Eropa baru, seperti yang disebutkan dalam laporan Marca.
- Liga Super tidak akan merusak ekosistem sepak bola yang sudah mapan.
- Tidak akan ada anggota tetap.
- Liga Super adalah pengakuan atas sistem yang rusak.
- UEFA menciptakan konflik struktural.
- UEFA memiliki hubungan dekat dengan para pemilik klub.
- Kurangnya pertandingan tingkat tinggi di Liga Champions.
- Kontrol keuangan yang tidak memadai.
- Kurangnya transparansi dalam hal akuntansi.
- Uni Eropa kehilangan kendali dalam sepak bola.
- Klub dari kota besar di negara-negara yang lebih kecil tak dapat bersaing dalam model kompetisi UEFA saat ini.
Sikap UEFA
Sayangnya, rencana tersebut bisa saja tak membuahkan hasil jika UEFA berhasil menghalangi upaya pembentukan kompetisi baru dalam sidang Mahkamah Eropa (European Court of Justice) yang berlangsung tahun depan.
Namun sebaliknya, jika UEFA gagal memblokir rencana tersebut, ada kemungkinan bagi para pendiri Liga Super Eropa untuk membentuk kompetisi yang memiliki kekuatan bersaing dengan kompetisi unggulan UEFA.
Penulis: Melinda Indrasari
Advertisement