Awas! Tak Taat Prokes, Indonesia Siap-Siap Diserang Covid-19 Gelombang Ketiga

Indonesia baru saja berhasil menangani pandemi Covid-19 varian delta yang disebut-sebut sebagai gelombang kedua penyebaran virus asal Wuhan-China.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Okt 2021, 21:27 WIB
Tenaga kesehatan mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap di zona merah Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Senin (23/11/2020). Total kasus konfirmasi COVID-19 di Indonesia hari ini mencapai angka 502.110 usai penambahan harian sebanyak 4.442. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia baru saja berhasil menangani pandemi Covid-19 varian delta yang disebut-sebut sebagai gelombang kedua penyebaran virus asal Wuhan-China. Berbagai pelonggaran Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) telah dilakukan pemerintah secara berkala di seluruh wilayah.

Hal ini pun berdampak pada mobilitas masyarakat yang kembali aktif beraktivitas di luar rumah. Sejumlah tempat perbelanjaan, ritel hingga kafe sudah mulai banyak dikunjungi masyarakat di Jakarta.

Sayangnya pantauan merdeka.com beberap waktu lalu menunjukkan aktivitas ini tidak dibarengi penerapan protokol kesehatan yang ketat. Bahkan cenderung abai dengan melepas masker saat di tempat keramaian dan tidak digunakannya aplikasi PeduliLindungi yang menjadi salah satu syarat dibukanya kembali tempat usaha.

Akibatnya resiko terjadinya gelombang ketiga mengancam proses pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung. Bahkan melemahnya belanja konsumsi masyarakat bisa kembali terjadi seperti pada periode Juli-Agustus lalu.

"Efek dari gelombang ketiga ini bisa menahan laju pemulihan ekonomi, dampaknya bisa kembali macet belanja masyarakat seperti peride Juli-Agustus" kata Direktur Celios, Bhima Yudhistira di Jakarta, Sabtu (23/10).

Dari sisi konsumsi, Bhima menilai masyarakat kelas menengah kemungkinan akan kembali menahan diri untuk belanja konsumsi. Mereka akan kembali menyimpan dananya dan menabung lebih banyak.

"Untuk konsumen pengeluaran 20 persen teratas mungkin tinggal tahan belanja dan menabung lebih banyak," kata dia.

Sebaliknya, bagi kelompok masyarakat bawah, akan kembali terpuruk. Ancaman terjadinya lonjakan kasus mengartikan kelompok rentan harus bersiap-siap dengan resiko peningkatan pengangguran.

"Tapi bagi 40 persen kelompok terbawah harus bersiap siap karena lonjakan pengangguran dan orang miskin pasti terjadi," kata dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pergerakan Masyarakat

Pekerja medis membawa pasien yang diduga terinfeksi COVID-19 dengan tandu di sebuah rumah sakit di Kommunarka, Moskow, Senin (11/10/2021). Tim gugus tugas virus Corona Rusia pada hari Senin melaporkan 29.409 kasus baru yang telah terkonfirmasi dalam satu hari. (AP Photo/Alexander Zemlianichenko)

Adanya gelombang ketiga juga akan membuat pemerintah kembali membatasi pergerakan masyarakat. Sehingga perekonomian akan kembali melambat. Dari sisi pelaku usaha ancaman ini juga menimbulkan ketidakpastian. Pengusaha akan lelah karena kebijakan pemerintah harus buka-tutup tempat usaha.

"Pelaku usaha juga sudah capek ya ada buka tutup terus terusan. Ini buat ketidakpastian tinggi, misalnya mau pesan bahan baku lebih banyak tapi prediksi ada gelombang ketiga jadi di cancel rencana menaikan produksinya," kata dia.

Begitu juga dengan kondisi di sektor usaha ritel yang ikut terdampak. "Ada juga kasus dimana pengusaha retail siap siap rekrut pegawai baru jadi tertunda lagi," sambung dia.

Reporter Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya