Cerita Akhir Pekan: Sambal di Ranah Internasional

Di berbagai negara, sambal tak selalu harus pedas, tapi juga ada yang asam, manis. Indonesia punya banyak macam sambal.

oleh Komarudin diperbarui 24 Okt 2021, 10:02 WIB
Sambal ulek (dok. wikimedia commons)

Liputan6.com, Jakarta Sambal salah satu pelengkap makanan utama yang banyak digemari, tak terkecuali bagi artis dan YouTuber, Sacha Stevenson. Perempuan yang sempat tinggal di Indonesia itu saat ini menetap di negaranya, Kanada.

Sacha mengatakan ia mengenal sambal saat datang ke Indonesia bebrapa tahun lalu. Perempuan yang sempat membintang film Comic 8: Casino Kings itu melihat orang Indonesia hampir semuanya suka makan pakai sambal.

"Aku pun dapat sambal saat belanja di warteg yang kebetulan ada depan rumah. Sambal bikin mataku merah dan ingusan. Lalu aku membiasakan makan pakai sambal. Suatu hari aku masuk ke warteg itu dan aku bilang aku mau sambal satu mangkuk. Aku lalu makan sambal sampai menangis, ingusan, dan mata merah," kenang Sacha Stevenson lewat jawaban suara kepada Liputan6.com, Minggu (24/10/2021).

Sejak itu, perempuan kelahiran Halifax, Kanada, 21 Januari 1982 itu suka makan pakai sambal. Di Kanada, kata Sacha, ada beberapa jenis sambal atau disebut hot sauce.

"Kalau dicari ada di supermarket. Ada beberapa jenis hot sauce, seperti tabasco, itu pedas. Ada juga sriracha, yang lumayan pedas. Ada juga sambal ABC. Tapi tidak ada sambal yang baru diulek di kampung saya," ungkap Sacha yang bersuamikan Angga Prasetya, lelaki asal Bandung, Jawa Barat.

Sacha mengatakan hampir separuh keluarganya suka pedas, sedangkan sisanya tidak suka pedas. Meski suka pedas, mereka belum bisa seperti orang Indonesia yang benar-benar suka pedas.

"Baru setengah pedasnya seperti orang Indonesia. Harus dilatih terus agar suka pedas," ujar Sacha tergelak.

Sejauh ini Sacha belum pernah menemukan sambal yang semantap seperti sambal di Indonesia. Dari banyak sambal yang ada di Indonesia, Sacha suka sambal matah.

"Saya suka sambal matah yang ada di Bali. Itu kayaknya ada flavour yang khas. Selain itu, saya juga suka sambal yang ada di kampung Sunda," kata Sacha.


Variasi Sambal

Ilustrasi sambal matah dari Bali (dok.wikimedia commons)

Bagi Chef Vindex Tengker, sambal di luar negeri cukup variatif, seperti pedas, asam, dan manis. Namun, sambal paling banyak terdapat di Asia, salah satunya Indonesia yang mempunyai koleksi sambal cukup banyak.

Selain Indonesia, Thailand juga punya sambal yang namanya Sriracha. Sambal tersebut sudah mendunia dan hampir semua restoran di Amerika Serikat, mereka menyajikan Sriracha jika orang meminta sambal.  Sambal itu terbuat dari cabai rawit dan bawang putih.

"Dulu itu mereka menyajikannya seperti tabasco. Tabasco itu juga semacam sambal, rasanya asam pedas. Jadi, kalau kita lihat sambal Sriracha itu cukup berhasil masuk di dunia internasional," ujar Chef Vindex Tengker kepada Liputan6.com, Sabtu, 23 Oktober 2021.

Negara lain yang juga punya sambal adalah Malaysia dengan nama belacan. India juga punya sambal dengan rasanya yang asam dan pedas, terbua dari jeruk nipis.

Sementara China, kata Chef Vindex, punya sambal seperti chili soya dengan bahan yang terbuat dari cabai yang diberi kecap asin. Lain lagi di Korea, ada sambal yang namanya gochujang. Sambal tersebut merupakan sambal yang terpedas di sana.

"Jadi, sambal itu tergantung dengan negaranya, seberapa pedas dan punya tingkat kepedasannya. Kalau di kita, kalau dikatakan sambal tentu pedas. Sementara di negara lain, kalau disebut sambal bisa saja tidak terlalu pedas, seperti di Meksiko," kata Chef Vindex.

Di banyak negara, lanjut Chef Vindex, sambal itu berfungsi sebagai condiment, pembangkit selera atau pelengkap makanan utama. Namun, penggunaan sambal di luar negeri itu tidak selalu disajikan, beda dengan di Indonesia sambal selalu disajikan saat makan.

"Sup di luar negeri itu tidak perlu ada sambal, di kita, selalu saja ada sambalnya. Soto, misalnya, harus ada sambalnya. Mau dipakai atau tidak, sambal itu harus ada. Kalau di kita, boleh dibilang hampir semua makanan ada sambalnya, mulai dari pedas asam, pedas manis, dan pedas banget, hijau, merah," papar Chef Vindex.

Chef Vindex mengatakan Indonesia negara yang paling banyak mempunyai sambal, dibandingkan Thailand, China, atau Malaysia. "Thailand tidak terlalu banyak, begitu juga dengan China. Malaysia mungkin agak menyerupai Indonesia, karena Melayu, tapi kita punya lebih dari mereka," tutur Chef Vindex. "Di Malaysia nggak ada sambal matah, tapi ada di Indonesia," lanjutnya.


Tembus Pasar Internasional

Ilustrasi sambal ulek (dok. wikimedia commons)

Chef Vindex mengatakan bisa saja sambal dari Indonesia tembus pasar internasional. Karena saat ini Indonesia mempunyai banyak macam sambal. Ia mencontohkan sambal kemasan dalam botol.

"Kalau dirasakan taste-nya berbeda-beda. Contoh, kalau kita makan restoran cepat saji, semua rasa sambalnya berbeda-beda dari restoran satu ke restoran yang lain. Kemudian merek sambal di Indonesia beda-beda, ada sambal yang banyak garlic-nya, ada yang berempah, ada yang manis sedikit, ada sambal pedas manis," kata Chef Vindex memberi contoh.

Dengan keadaan seperti itu, sambal Indonesia, sangat bisa bersaing di dunia. Namun, yang menjadi persoalannya adalah karena banyaknya sambal yang dimiliki, maka jadi kurang fokus, mana yang akan dipromosikan.

"Contoh, Kementerian Pariwisata pernah mengeluarkan 30 ikon kuliner. Kemudian ganti menteri, sekarang ditukar jadi lima ikon kuliner. Bekraf sempat mengeluarkan ikon satu saja, yaitu soto. Nah, kita di dalam saja belum agree, mana yang mau dipromosikan sebenarnya, apa lagi sambal yang sangat banyak macamnya," papar Chef Vindex.

Jika sambal dipromosikan di luar negeri, tentu mereka sangat senang. Mereka senang untuk mencoba sambal Indonesia.

"Sambal sekarang dibandingkan dengan 30 tahun yang lalu, tingkat kepedasannya sudah mendingan. Orang di Eropa sudah bisa makan pedas dibandingkan 30 tahun yang lalu saat itu mereka tidak bisa makan pedas, paling pedas dasri merica, bukan dari pedasnya sambal," kata Chef Vindex.

Moderator Komunitas Jalansutra Harry Nazarudin mengatakan bisa saja sambal Indonesia seperti popularitas Sriracha dari Thailand. Namun, harus ada usaha dari pemerintah, misalnya, chef internasional siapa yang mau dipromosikan untuk mempopulerkan sambal Indonesia.

"Condiment Indonesia itu lebih unik rasanya kalau melibatkan permentasi, misalnya kalau mau pakai sambal petis atau sambal terasi. Produk itu akan mendorong ekonomi Indonesia, karena barang itu hanya ada di Indonesia," kata Harry.

Menurut Harry, resep popularitas sriracha itu karena brand tersebut terkenal di kalangan chef-chef Barat. Ia menilai hal itu bisa juga dilakukan jika ada pihak yang berusaha untuk mendorongnya.

"Menurut saya, perusahan-perusahaan besar belum fokus ke pasar ekspor, tapi lebih prioritas pasar domestik. Tantangan yang lainnya, jika mau ekspor, maka mesin-mesin yang digunakan untuk membuat sambal itu harus tersertifikasi. Nah, itu juga jadi kendala karena banyak perusahaan yang volume produksinya sangat besar, tapi memproduksi dengan cara tradisional," tandas dia.

 

 

Kalau enggak sempet masak sendiri, yuk PO saja di ManisdanSedap, banyak masakan rasa rumahan yang pas buat lauk makan siangmu. Berasa dimasakin ibu.

Yuk PO Sekarang di ManisdanSedap!


Infografis: 6 Sambal Khas Beberapa Daerah di Indonesia

Infografis: 6 Sambal Khas Beberapa Daerah di Indonesia

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya