Mengintip Momen Bersejarah pada Peringatan Hari Sumpah Pemuda

Dalam kongres yang berlangsung pada 27-28 Oktober 1928 di Batavia, diputuskan tiga hal yang kemudian menjadi isi Sumpah Pemuda.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Okt 2021, 00:05 WIB
Sejumlah pelajar melihat biola milik WR. Supratman saat menciptakan lagu Indonesia Raya yang juga dikumandangkan saat kongres Sumpah Pemuda, Jakarta, Rabu (29/10/2014). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Memperingati Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober, bangsa Indonesia kembali dibawa untuk mengenang momen bersejarah tersebut untuk ke-93 kalinya.

Sejarah bahkan mencatat, ada sederet pemuda yang aktif dalam sejarah Sumpah Pemuda. Mereka adalah Soenario, J. Leimena, Soegondo Djojopoespito, Djoko Marsaid, Muhammad Yamin, Amir Syarifuddin Harahap, W.R. Supratman, S. Mangoensarkoro, Kartosoewirjo, Kasman Singodimedjo, Mohammad Roem, A.K.Gani, dan Sie Kong Liong.

Sejarah lainnya yang tak kalah penting untuk dijaga adalah Museum Sumpah Pemuda. Di gedung ini Soegondo Djojopuspito, ketua PPPI sekaligus ketua kongres terpilih memimpin pelaksanaan Kongres Pemuda Ke-II.

Meski kental dengan peristiwa bersejarah, nyatanya museum ini sempat mengalami perubahan terutama dari fungsi bangunan mulai dari Hotel Hersia hingga toko bunga.

Berikut sederet hal bersejarah terkait peringatan Hari Sumpah Pemuda dihimpun Liputan6.com:


1. Tiga Ikrar Sumpah Pemuda

Sumpah Pemuda merupakan kristalisasi semangat para pemuda dari seluruh pelosok Tanah Air akan berdirinya Indonesia.

Dalam kongres yang berlangsung pada 27-28 Oktober 1928 di Batavia, diputuskan tiga hal yang kemudian menjadi isi Sumpah Pemuda, yakni:

Pertama, Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.

Kedua, Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

Ketiga, Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

 


2. Mohammad Yamin, Tokoh di Balik Perumusan Teks Sumpah Pemuda

Bila mengenang Sumpah Pemuda, kita tentu juga perlu untuk mengingat para tokoh di baliknya. Mohammad Yamin merupakan salah satu sosok yang berperan dalam perumusan teks Sumpah Pemuda dalam Kongres Pemuda II pada 1928.

Hal tersebut diucapkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim saat memperingati Hari Sumpah Pemuda tahun lalu.

"Adalah seorang pemuda berumur 25 tahun dari Desa kecil di Sawahlunto, Sumbar (Sumatera Barat), yang merumuskan roh perjuangan pemuda-pemudi Tanah Air. Beliau adalah pendahulu saya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ke-9, Professor Mohammad Yamin," ujar Mendikbud Nadiem Makarim, 28 Oktober 2020.

 


3. Museum Sumpah Pemuda, Gudang Sejarah

Dilansir dari laman Museum Jakarta, Museum Sumpah Pemuda awalnya adalah sebuah gedung untuk pelajar Stovia (Sekolah Kedokteran) sejak 1908 yang waktu itu masih bernama Gedung Kramat. Tempat ini juga sempat disewakan untuk rumah tinggal pelajar, tempat berkumpul, hingga menjadi toko bunga.

Pada 15 Agustus 1928, di gedung ini diputuskan akan diselenggarakan Kongres Pemuda Kedua pada Oktober 1928. Soegondo Djojopuspito, ketua PPPI, terpilih sebagai ketua kongres. Kongres Sumpah Pemuda berhasil diadakan untuk menciptakan persatuan bangsa Indonesia.

Peristiwa penting di dalam museum ini sudah tercipta dimana para pemuda menghasilkan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 dimana menjadi awal dari pergerakan pemuda dalam mendapatkan kemerdekaan.

Dalam perkembangannya, gedung ini pada 1934 hingga 1937 sempat disewakan ke Pang Tjem sebagai tempat tinggal.

Namun, pada fungsinya sempat mengalami perubahan terutama dari fungsi bangunan yang dipakai untuk Hotel Hersia hingga toko bunga. Lalu pada 3 April 1973, gedung sebagai cikal bakal Museum Sumpah Pemuda ini dipugar oleh Pemda DKI Jakarta kemudian selesai pada 20 Mei 1973.

Setelah dipugar, Gedung Kramat 106 tersebut dijadikan Gedung, Sumpah Pemuda karena sudah secara resmi mendapat pengakuan dari Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, tepatnya pada 20 Mei 1973. Setahun kemudian, Gedung Sumpah Pemuda kembali diresmikan oleh Presiden Soeharto.

Tepat pada 1979, perawatan dan pengelolaan Gedung Sumpah Pemuda diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan oleh Pemda DKI Jakarta. Dari semua pengelolaannya secara utuh dipindahkan ke Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan Olahraga.

Meskipun fungsi dan kepemilikan Gedung museum ini sempat berganti beberapa kali, akan tetapi masih ada bagian yang masih orisinil. Salah satunya adalah lantai museum yang sampai sekarang ini masih mempertahankan jenis lantai keramik sejak pertama kali didirikan.

Lantai di Museum Sumpah Pemuda sudah juga termasuk dalam cagar budaya yang dilindungi pemerintah sampai sekarang.

 


4. Biola WR Supratman

Di Museum Sumpah Pemuda, terdapat beberapa benda bersejarah yang punya kisah sejarah tersendiri. Misalnya saja koleksi biola W.R. Supratman. Biola ini dimiliki W.R. Supratman pada 1914 yang kemudian mengantarkannya sebagai pemain band.

Biola tersebut juga dipakai untuk membuat lagu Indonesia Raya yang juga dikumandangkan pertama kali pada Kongres Pemuda di Gedung Kramat 106 pada 28 Oktober 1928.

Biola bersejarah tersebut akhirnya dirawat oleh Ny. Roekijem Soepratijah setelah W.R. Supratman meninggal dunia. Lalu biola secara resmi disumbangkan oleh wakil keluarga untuk disimpan di dalam Museum Sumpah Pemuda.


5. Komik Digital

Selain biola, ada pula sebuah komik berjudul Janji Pemuda, yang menceritakan pengalaman keluarga Ririn saat melihat berbagai perjuangan para pemuda di sekitar lingkungannya.

Komik digital itu diterbitkan oleh Museum Sumpah Pemuda yang dibuat berdasarkan illustrator Mansur Daman hingga digitalisasi oleh PT Charismasatria Trimitra.

Komik tersebut memperlihatkan pemuda Indonesia berjuang untuk mendapatkan kemerdekaan hingga mempertahankannya.

Setiap pengunjung museum ini bisa mengikuti berbagai pameran ataupun agenda resmi lainnya yang bisa diakses langsung dari laman resminya.

 

Cindy Violeta Layan

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya