Liputan6.com, Jakarta - Sebuah gedung di Jalan Kramat Raya Nomor 106 di Jakarta Pusat, menjadi saksi bisu saat pemuda pemudi Indonesia yang berasal dari seluruh elemen bersumpah untuk bersatu bertumpah darah Indonesia pada 28 Oktober, 93 tahun lalu. Di sinilah lahirnya Sumpah Pemuda.
Saat momentum itu pula lagu Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Soepratman atau W.R Supratman untuk pertama kalinya bergema tanpa lirik oleh gesekan biola yang dimainkan Soepratman sendiri.
"Sebagian peserta kongres mencoba merangkul W.R. Supratman dengan mata berkaca-kaca. Ada yang bertepuk tangan. Ada pula yang bersorak meminta lagu dimainkan ulang," seperti dikutip dari situs Kemendikbud dalam artikelnya yang berjudul Menilik Semangat Perjuangan di Balik Lagu Indonesia Raya, 19 Agustus 2021.
Baca Juga
Advertisement
Ada cerita panjang sebelum momen 28 Oktober 1928 itu terjadi. Diketahui, di dalam gedung yang dulunya dinamakan Indonesische Clubgebouw tengah berjalan Kongres Pemuda II.
Kongres berjalan secara berangkai di tiga tempat berbeda. Menurut buku Merayakan Indonesia Raya terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tempat pertama ada di Gedung Pemuda Katolik (Katholieke Jongenlingen Bond). Rapat itu berlangsung satu hari sebelumnya, 27 Oktober 1928.
Tempat kedua ada di Gedung Oost Java Bioscoop. Menurut catatan Harian Kompas 1 November 2018, rapat di gedung tersebut berlangsung pada pagi harinya di Jalan Koningsplein Noord, sebuah jalan di era Hindia Belanda yang kini menjadi Jalan Medan Merdeka Utara.
Rapat ketiga berlangsung pada sore hari, diselenggarakan di Gedung Indonesische Clubgebouw atau yang kini menjadi Museum Sumpah Pemuda. Harian Kompas pada 29 Oktober 2017 menuliskan tentang sejarah gedung tersebut.
"Gedung ini merupakan rumah indekos milik Sie Kong Liong yang telah menjadi pondokan para aktivis pemuda dari berbagai daerah sejak tahun 1920-an," tulis Harian Kompas, seperti dikutip Liputan6.com dari situs kompaspedia, Senin (25/10/2021).
Ikrar Sumpah Pemuda
Hasil dari tiga rapat dari tempat berbeda tersebut akhirnya melahirkan sebuah keputusan jelang pukul 10 malam. Ketua Kongres Sugondo Djojopuspito membacakan keputusan tersebut yang diaklamasi oleh peserta kongres menjadi sebuah ikrar yang kini dikenal sebagai sebagai sumpah pemuda.
Berikut hasil putusan tersebut yang kini menjadi pembakar semangat nasionalisme saat siapa pun mendengar dan membacanya:
Pertama: Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Indonesia.
Kedua: Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
Ketiga: Kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung bahsa persatuan, Bahasa Indonesia.
Advertisement