Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menerima kunjungan Menteri Perusahaan Perladangan dan Komoditi Malaysia Zuraida Binti Kamaruddin pada Minggu, 25 Oktober 2021. Pertemuan tersebut dalam rangka membahas mengenai penguatan kerjasama bilateral kedua negara, khususnya berdiskusi terkait kebijakan kelapa sawit ke depannya.
Bagi Indonesia, Malaysia merupakan salah satu mitra ekonomi utama dalam hal investasi dan perdagangan. Selama semester I tahun 2021, Penanaman Modal Asing (PMA) yang berasal dari Malaysia mencapai USD 706,8 juta dan tersebar di 1.324 proyek.
Advertisement
Dari sisi perdagangan barang, volume perdagangan bilateral antar negara mencapai USD 15,03 juta pada 2020 dan USD 13,43 juta selama Januari hingga Oktober 2021. Hal tersebut menunjukkan intensnya hubungan bilateral kedua negara.
Berdasarkan hasil serah terima jabatan ketua pada Pertemuan Tingkat Menteri ke-8 Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) yang diselenggarakan pada 26 Februari 2021 secara virtual, Indonesia saat ini ditunjuk menjadi Ketua CPOPC pada tahun 2021.
“Hal penting yang ingin kami tekankan adalah pentingnya negara-negara anggota CPOPC mengintensifkan upaya untuk memastikan harga minyak sawit berkelanjutan. Kami menggarisbawahi tren positif atas pertumbuhan permintaan minyak sawit dan tren kenaikan minyak sawit secara umum,” jelas Airlangga Hartarto, Senin (25/10/2021).
Negara produsen harus mengantisipasi kemungkinan terjadinya siklus harga minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) melalui peningkatan konsumsi domestik sebagai alat manajemen permintaan.
Pengelolaan harga minyak sawit berkelanjutan dapat dicapai dengan melaksanakan program mandat B30 di Indonesia dan B20 di Malaysia.
Strategi ini penting untuk menyeimbangkan pasokan dengan permintaan, yang akan menjaga harga CPO global.
Menanggapi maraknya kampanye negatif terhadap produk kelapa sawit, sebagai negara penghasil kelapa sawit, Indonesia-Malaysia perlu melakukan kampanye positif terhadap kelapa sawit secara efektif, efisien dan tepat sasaran.
Indonesia mengapresiasi kemajuan program Countering Anti Palm Oil Campaign yang dilakukan CPOPC berdasarkan persetujuan negara anggota (Indonesia-Malaysia).
Program-program ini termasuk kampanye advokasi di Uni Eropa, kampanye media sosial di negara-negara anggota, serta strategi komunikasi dan promosi di negara-negara konsumen minyak sawit.
Dalam waktu dekat, program kampanye positif diharapkan dapat dilakukan secara menyeluruh dengan melibatkan minyak nabati lainnya, tidak hanya fokus pada kelapa sawit.
Publikasi kontribusi minyak nabati untuk memenuhi Sustainable Development Goals(SDGs) harus lebih sering disebarluaskan.
Pembentukan CPOPC Scientific Committee
Indonesia juga mengapresiasi pembentukan CPOPC Scientific Committee untuk fokus pada penyusunan proposal penelitian yang tepat, mengkaji proposal penelitian, mendorong kegiatan penelitian dan pengembangan guna memberikan temuan penelitian dalam memperkaya pengetahuan terkait sektor kelapa sawit.
“Kami berharap komite dapat bekerja untuk kepentingan terbaik negara-negara anggota termasuk upaya melawan kampanye negatif terhadap minyak sawit,” ungkap Airlangga.
Airlangga juga menyampaikan bahwa Indonesia-Malaysia perlu memperkuat ikatan, juga memantapkan kolaborasi dan kerja sama di bidang kelapa sawit.
Kedua negara harus terus bekerja sama secara aktif untuk lebih memperkuat CPOPC sebagai satu-satunya organisasi komoditas minyak sawit di dunia.
“Saya ingin mengakhiri dengan menegaskan kembali komitmen kuat Pemerintah Indonesia untuk terus bekerja sama dengan Malaysia. Saya percaya bahwa terlepas dari pandemi yang sedang berlangsung, ada banyak peluang yang harus dimanfaatkan kedua negara di tahun-tahun mendatang,” pungkas Airlangga.
Reporter: Caroline Saskia
Advertisement