Mahasiswa Mendaki 35 Gunung di Indonesia demi Promosikan Pariwisata Hijau

Pariwisata hijau merupakan konsep yang diusung sebagai bentuk kejelian Azam dalam melihat potensi alam Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Okt 2021, 15:03 WIB
Danau Segara Anak sendiri berada di ketinggian sekitar 2.010 meter di atas permukaan laut, dengan kedalaman sekitar 230 meter. Foto: Andi Jatmiko/ Liputan6.com.

Mataram - Mendaki gunung bukan hanya menjadi sebuah proses perjalanan dari bawah sampai menuju puncak. Lebih dari itu, mendaki gunung juga bisa menjadi cara untuk mempromosikan atau memperkenalkan misi tertentu.

Hal itu juga dilakukan seorang mahasiswa asal Jakarta. Ia mendaki gunung untuk mempromosikan green tourism atau pariwisata hijau. Pria bernama Azam Rofiulah ini merupakan salah seorang mahasiswa Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Bahasa Arab (Lilia) Jakarta.

Ia sudah mendaki 35 gunung di Indonesia. Perjalanan yang sudah ia lakukan sejak empat bulan yang lalu itu kini sudah menuju tahap akhir. "Saya baru saja menyelesaikan gunung ke-32 yaitu Gunung Rinjani di Lombok. Nanti akan meneruskan ke Gunung Tambora di Sumbawa, Kelimutu dan Inerie, Flores," kata Azam, dilansir dari Antara, Minggu, 24 Oktober 2021.

Azam memulai perjalanan sejak 16 Juli 2021 dengan pendakian Gunung Latimojong, Sulawesi Selatan. Uniknya, untuk mencapai setiap lokasi, ia menggunakan sepeda motor.

Pria yang juga Founder Kaldera Indonesia ini mengatakan kegiatan marathon pendakian gunung itu demi mempromosikan metode green tourism. Tentunya selama pendakian, ia tetap mengedepankan protokol kesehatan yang ketat, serta memilih gunung yang berlokasi di zona hijau Covid-19.

Pariwisata hijau sendiri merupakan konsep yang diusung sebagai bentuk kejelian Azam, melihat potensi alam Indonesia dalam menyambut era Environment 6.0 yang akan terjadi di masa mendatang. "Indonesia punya keunggulan bonus demografi di tahun 2030 dan era emas di tahun 2045. Ini potensi yang harus dimaksimalkan karena tahun 2050, ditandai berakhirnya Paris Agreement tentang Zero Emission Carbon, dunia akan memasuki era Environment 6.0," tutur pria berusia 24 tahun ini.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Harapan Menparekraf

Suasana gunung Kelimutu. (Edy Suherli/Fimela.com)

Azam menambahkan, pada era ini seluruh kegiatan manusia akan berorientasi pada kelestarian lingkungan. "Jadi sudah seharusnya kita memulai gerakan baru, terutama di bidang pariwisata, agar kelak saat era ini dimulai, kita bisa menjadi salah satu pemimpin di bidang pariwisata," terangnya.

Hal senada diungkapkan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno, saat melepas tim Ekspedisi pada 16 Juli 2021. "Itu (Environment 6.0) merupakan bagian dari unstoppable global trend tentang sustainability, maka anak-anak muda yang harus menjadi pemenangnya," ucap Sandiaga.

Ia berharap Kaldera juga bisa menjadi mitra Kemenparekraf ke depannya. Ekspedisi yang digagas oleh Kaldera-Forever ini sendiri akan dilakukan hingga Oktober 2021, dan ditutup di Gunung Kelimutu, Flores, pada momentum Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2021.


Efek Pemanasan Global

Foto yang diambil pada 20 Desember 2015 memperlihatkan suasana Desa Bone-Bone, Enrekang, Sulawesi Selatan. Desa yang menerapkan kawasan bebas asap rokok ini berada diketinggian 1500 mdpl, tepatnya di bawah kaki gunung Latimojong. (Cening Unru/AFP)

Bulan lalu, sebuah video yang diunggah oleh akun TikTok @rushermlbb menunjukkan seorang pemuda bernama Mahir menjelaskan dia sedang berada di daerah salju di Papua. Dia juga menunjukkan posisi salju tersebut. Dengan suara bergetar, dia melanjutkan bahwa Indonesia begitu kaya.

"Ya Allah, betapa kayanya negeri ini. Tapi dipimpin oleh pemimpin-pemimpin yang serakah, rakus hingga lupa kekayaan alam," sambungnya. Masih dalam unggahan yang sama, Mahir menegaskan bahwa manusia akan sadar ketika pohon terakhir sudah ditebang, mata air telah hilang, ikan terakhir ditangkap, mereka tidak akan bisa hidup dengan uang.

Dalam video itu, posisi Mahir diyakini berada di Puncak Jayawijaya, Papua. Gunung tertinggi di Indonesia itu memang terdapat salju. Seiring berkembangnya zaman dan efek pemanasan global, keberadaan salju di sini tak seperti dulu lagi dan bahkan diprediksi akan mencair pada 2026.


Cek Zonasi Destinasi Libur Bebas Covid-19

Infografis Cek Zonasi Destinasi Libur Bebas Covid-19 (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya