Liputan6.com, Jakarta Angkasa Pura II selaku pengelola bandara Jenderal Besar Soedirman Purbalingga masih beroperasi meski maskapai penerbangan Citilink menyetop sementara operasinya di bandara tersebut.
VP Corporate Communication Angkasa Pura II, Yado Yarismano mengatakan bahwa bandara JB Soedirman masih beroperasi dengan optimal.
Advertisement
“Untuk bandara JB Soedirman masih tetap beroperasi,” katanya kepada Liputan6.com, Senin (25/10/2021).
Kendati demikian, terkait data jumlah peningkatan atau penurunan penumpang di bandara tersebut, ia menyerahkan ke maskapai penerbangan yang beroperasi.
“Terkait penerbangannya bisa di konfirmasi ke maskapai ya,” kata dia.
Informasi, bandara JB Soedirman tengah menjadi perbincangan setelah Pengamat Kebijakan Publik, Agus Pambagio mengunggah pernyataan tak bisa mendapati tiket penerbangan Citilink dari bandara tersebut.
Bahkan, ia menyebut menurut konfirmasinya ke Citilink, bahwa maskapai tersebut menyetop operasinya sementara waktu.
Sepi Penumpang
Dalam kesempatan terpisah, Agus Pambagio menyoroti pengembangan potensi bisnis di sekitar bandara Jenderal Besar Soedirman agar banyak orang yang memanfaatkan bandara tersebut. Hal ini menindaklanjuti maskapai Citilink yang menghentikan operasi sementara di bandara tersebut.
Sebelumnya Agus menulis di akun Facebook-nya bahwa Citilink berhenti beroperasi sementara di bandara JB Soedirman. Hal itu ia ketahui setelah mencoba membeli tiket dari bandara tersebut, namun tak mendapatkannya.
Atas persoalan tersebut, Agus menilai bahwa minimnya penumpang yang memanfaatkan penerbangan dari dan ke bandara JB Soedirman terbilang minim. Sehingga berimbas pada pemberhentian operasi sementara oleh maskapai Citilink.
“Harus dibangun potensinya agar ada orang yang mau kesana. Sehingga bisa menarik orang (penumpang),” katanya saat dikonfirmasi Liputan6.com, Senin (25/10/2021).
Ia menuturkan, misalnya dengan membangun potensi perekonomian seperti perkebunan atau potensi industri di wilayah Purbalingga.
“Harus diupayakan manusia yang terbang kesana, misalnya dibangun industri atau perkebunan, supaya jadi ada yang kesitu, menimbulkan pertumbuhan ekonomi disitu,” katanya.
Selain itu ia juga menyinggung ada kesalahan dari Feasibility Study atau studi kelayakan proyek yang dibentuk.
“Apakah itu ada industri perkebunan ada atau tidak, nah feasibility study tadi bagaimana, itu dihentikan karena tak ada penumpang, yaitu itu harus ada bukan cuma salah citilink,” katanya.
Terkait kajian tersebut, Agus mengatakan pembangunan suatu bandara perlu melalui kajian yang menyeluruh. Misalnya dalam kajian tersebut harus dihitung terkait potensi penumpang yang akan menggunakan fasilitas bandara tersebut.
“kan harus dikaji, bangun bandara bukan bangun secara politis, pesawat gak bisa kesitu kalau hanya diperintah regulator, tapi harus ada penumpangnya,” tegasnya.
Advertisement