Liputan6.com, Khartoum - Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengaku kaget dengan terjadinya kudeta militer di Sudan. Militer Sudan dilaporkan telah menculik Perdana Menteri Abdalla Hamdok karena menolak mendukung kudeta.
Biro Urusan Afrika di Kementerian Luar Negeri AS menyebut aksi perebutan kekuasaan ini melawan konstitusi Sudan.
Baca Juga
Advertisement
"AS sangatlah kaget pada laporan-laporan perebutan kekuasaan oleh militer terhadap pemerintahan transisi. Ini berlawanan dengan Deklarasi Konstitusi dan aspirasi demokratis dari rakyat Sudan dan ini amat tak bisa diterima," ujar Utusan Khusus AS Jeffrey Feltman melalui Twitter, Senin (25/10/2021).
Akun Twitter Biro Urusan Afrika tidak menyebut kata kudeta militer.
Turut ditegaskan pula bahwa adanya dampak ke pemerintahan transisi akan membawa pengaruh ke bantuan-bantuan dari AS.
"Seperti yang kami ucapkan berkali-kali, adanya perubahan apapun terhadap pemerintahan transisi secara paksa akan membawa risiko terhadap bantuan dari AS."
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Akses Informasi Dijegal
Militer Sudan yang tak bisa membendung nafsu berkuasanya juga telah menangkapi orang-orang di bidang informasi.
Melalui Facebook, kementerian informasi menyebut militer telah menerobos kantor-kantor radio dan televisi di Omdurman yang lokasinya tak jauh dari ibu kota Khartoum.
Sejumlah pegawai ditahan oleh militer.
Internet telah dimatikan di Sudan, namun masih ada gambar-gambar beredar di medsos dari masyarakat yang marah dan membakar ban-ban di jalanan.
Advertisement