Penerimaan Negara Capai Rp 1.354,8 Triliun sampai September 2021

Penerimaan negara dari perpajakan sampai September 2021 mencapai Rp 850,1 triliun. Tumbuh 13,2 persen (yoy).

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Okt 2021, 19:10 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat konferensi pers APBN KiTa Edisi Feb 2019 di Jakarta, Rabu (20/2). Kemenkeu mencatat defisit APBN pada Januari 2019 mencapai Rp45,8 triliun atau 0,28 persen dari PDB. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, penerimaan negara mencapai Rp 1.354,8 triliun sampai September 2021. Jumlah tersebut mencapai 77,7 persen dari target penerimaan negara tahun ini.

"Per September 2021, Penerimaan Negara mencapai Rp 1.354,8 triliun ,tumbuh kuat sebesar 16,8 persen (yoy)," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTa, Jakarta, Senin (25/10/2021).

Peningkatan penerimaan tersebut ditopang meningkatnya penerimaan perpajakan, kepabeanan dan cukai (BC) dan PNBP. Peningkatan Penerimaan Negara seiring pemulihan aktivitas ekonomi, peningkatan ekspor impor, dan tren kenaikan harga komoditas

Penerimaan negara dari perpajakan sampai September 2021 mencapai Rp 850,1 triliun. Tumbuh 13,2 persen (yoy) dan telah mencapai 69,1 persen dari target penerimaan negara tahun ini.

Dari sisi Penerimaan Negara, penerimaan perpajakan mencapai Rp 850,1 triliun atau 69,1 persen dari target, (dengan) tumbuh 13,2 persen (yoy)," kata dia

Sri Mulyani mengatakan tren pertumbuhan penerimaan perpajakan ini mengalami tren peningkatan sejak Agustus 2021. Bulan sebelumnya tercatat pertumbuhan sebesar 9,5 persen (yoy).

Dia melanjutkan, tren pertumbuhan positif mayoritas jenis pajak utama. Antara lain PPh 21, PPN DN, dan PPN Impor konsisten tumbuh positif dari triwulan II. Pun dengan PPh 22 Impor yang mulai tumbuh tinggi.

Penerimaan pajak didukung sektor Industri Pengolahan dan Perdagangan karena ditopang oleh pulihnya permintaan global dan domestik yang mendorong peningkatan produksi, konsumsi, ekspor, dan impor. Lalu dari sektor Informasi dan Komunikasi yang melanjutkan pertumbuhan double digit pada triwulan III. Hal ini sejalan dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam menyesuaikan aktivitas di masa pandemi.

Begitu juga dengan sektor Transportasi dan Pergudangan, dan Pertambangan mengalami pemulihan. Termasuk sektor transportasi sejalan dengan mulai meningkatnya mobilitas masyarakat terutama dari sub-sektor Angkutan Laut.

 


Bea dan Cukai

Menteri Keuangan Sri Mulyani menjadi pembicara dalam acara ‘KPK Mendengar’ di Gedung KPK, Jakarta, Senin (9/12/2019). KPK menggelar peringatan Hakordia 2019 dengan tema “Bersama Melawan Korupsi Mewujudkan Indonesia Maju”. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Dari sisi penerimaan Kepabeanan dan cukai tercatat mencapai Rp 182,9 triliun. Capaian ini telah mencapai 85,1 persen dari target APBN dan tumbuh 28,9 persen (yoy).

Penerimaan Bea Keluar (BK) tumbuh signifikan sebesar 910,6 persen (ytd) yang didukung peningkatan harga dan volume komoditas. Penerimaan Bea Masuk (BM) tumbuh 13,9 persen (yoy) dengan didorong tren perbaikan kinerja impor nasional. Sementara, Penerimaan Cukai tumbuh 15,1 persen (yoy), terutama didorong kebijakan penyesuaian tarif dan pengawasan di bidang cukai.

Sementara itu realisasi PNBP mencapai Rp 320,8 triliun atau telah mencapai 107,6 persen dari target. Penerimaan PNBPini tumbuh 22,5 persen (yoy) dan lebih tinggi dari tahun lalu minus 13,2 persen (yoy). Hal ini didorong kenaikan pendapatan SDA, PNBP Lainnya dan BLU.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya