Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 turut melambungkan minat turis kepada wisata alam. Presiden PATA Chapter Indonesia, Poernomo Siswoprasetijo menyebut hal ini dipicu kecemasan dan depresi yang dirasakan masyarakat selama pandemi berlangsung.
"Kalau dari survei, masyarakat hanya punya waktu dua malam, tiga malam dengan waktu yang pendek. Mereka lebih memilih untuk wisata alam yang membuat mereka rileks," kata Poernomo dalam jumpa pers Opening and Webinar Adventure Outlook 2022, Senin, 25 Oktober 2021.
Indonesia International Outdoor Festival bersama Kopisetara menggelar survei Adventure Outlook 2022 selama 20 hari pada Oktober 2021. Sebanyak 2.009 responden dari 27 privinsi berpartisipasi dalam survei yang dilakukan secara online. Mayoritas merupakan generasi Y dan generasi milenial dengan rentang usia 26--45 tahun, disusul oleh generasi Z yang berusia 17--25 tahun.
Baca Juga
Advertisement
"Hasil survei ini memberi gambaran pada pelaku industri pariwisata alam dan petualangan untuk lebih memperhatikan konsep-konsep dan kebijakan pemerintah terkait protokol kesehatan dan keamanan serta kenyamanan berwisata di era baru," ujar Heru Prasetya, Kepala Litbang Arah Kita Media Group yang timnya melakukan survei tersebut.
Hasil survei disebut sejalan dengan empat karakter Ekonomi Pariwisata Baru, yakni hygiene (higienis), less crowd (minim manusia), low mobility (minim mobilitas), and low touch (menghindari sentuhan). Itu dibuktikan dari pemahaman responden tentang pentingnya penerapan CHSE.
Survei menyebut 95 persen responden menganggap penting penerapan CHSE. Sebanyak 95 persen responden juga menyatakan penting penerapan bukti vaksin dan protokol kesehatan di tempat wisata, khususnya wisata petualangan. Sekitar 96 persen responden juga menyatakan bahwa lingkungan yang asri dan terjaga menjadi satu pertimbangan utama dalam menentukan lokasi wisata alam yang dituju.
Temuan menarik lainnya dari survei itu adalah kesadaran warga akan pentingnya asuransi perjalanan. Sebanyak 81,3 persen responden menyatakan bahwa asuransi perjalanan wisata penting bagi mereka.
"Pandemi yang melanda ini mengajarkan kita untuk belajar banyak mengenai hygiene, mengurangi sentuhan, kerumunan, dan mobilitas yang menjadi satu tantangan untuk kegiatan pariwisata di berbagai tempat," imbuh Poernomo.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Wisata Petualangan
Berkaitan dengan wisata alam, ia juga optimistis tren itu turut mendongkrak minat turis pada wisata petualangan. Karakteristiknya ditandai dengan melibatkan eksplorasi dan perjalanan yang mengandung tantangan.
Poernomo menyebut wisata petualangan terbagi ke dalam tiga kategori, yakni Nusa (berhubungan dengan darat), Tirta (berhubungan dengan air), dan Dirga (berhubungan dengan udara). Jenis wisata Nusa antara lain berkemah, trakking, dan berkuda.
Sementara, wisata Tirta meliputi arung jeram, berlayar, dan memancing. Terakhir, wisata Dirga antara lain paralayang, terjun payung, dan gantole.
"Wisata petualangan merupakan pintu kebangkitan pariwisata Indonesia," ujar Poernomo.
Advertisement
Gaya Wisata
Hasil survei juga menemukan bahwa wisatawan lebih memilih bepergian dalam waktu singkat. Sebanyak 72 persen responden menghabiskan waktu berwisata selama 2 hari 1 malam hingga 3 hari 2 malam. Sementara, yang berlibur lebih dari 3 hari 2 malam hanya 24 persen.
Heru juga mengungkapkan mayoritas yang bepergian ke alam memilih menginap di glamping, berkemah, atau campervan hingga 51 persen. Sementara 29 persen memilih homestay/guesthouse, hotel berbintang 13 persen, dan properti pribadi yang disewakan sebesar tuju persen.
Hasil survei menurut Heru juga menunjukkan besarnya peran digitalisasi. Sebanyak 72 persen responden mengatur perjalanan sendiri dalam arti menyusun rencana perjalanan sendiri dengan menggali informasi dari mesin pencari, laman, dan media sosial operator perjalanan atau aktivitas. Sedangkan, 24 persen lainnya menggunakan konsultan dan travel agent (campuran keduanya).
Terkait dengan media sosial, hasil survei menunjukkan 96 persen responden mendokumentasikan perjalanan wisata, dan sebagian besar di antaranya mempunyai kebiasaan berbagi melalui media sosial seperti Instagram sebesar 86 persen, Facebook 58 persen, Youtube 18 persen, dan Twitter 11 persen.
"Hasil survei ini menunjukkan jenis media sosial apa yang paling banyak digunakan oleh responden, sehingga bisa menjadi gambaran pada pelaku industri pariwisata saat menyusun dan melakukan konsep promosi," papar Heru. (Gabriella Ajeng Larasati)
4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan
Advertisement