Liputan6.com, Jakarta - Penggalangan dana Pra-IPO yang dilakukan GoTo Group pekan lalu telah berhasil menggaet Abu Dhabi Investment Autority (ADIA). Investor besar dari Timur Tengah tersebut ikut membenamkan investasinya senilai USD 400 juta. Masuknya dana segar menjelang IPO tersebut membuat valuasi bisnis GoTo terus melambung tinggi.
“Dengan adanya dana masuk sebagai tambahan modal, tentunya akan menaikkan valuasi GoTo. Secara kapitalisasi, masuknya dana dari investor tersebut juga akan bagus dan asumsinya besar yang diperkirakan mencapai Rp 500 triliun, bisa menjadi nomor dua setelah BCA (Bank Central Asia) dan ini bisa menjadi penggerak pasar BEI,” ujar Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana, Selasa (26/10/2021).
Advertisement
Investor lama GoTo diperkirakan mendapatkan keuntungan besar berkat kenaikan valuasi tersebut. Reuters melaporkan, valuasi GoTo kini sudah mencapai USD 32 miliar. Masuknya sovereign wealth fund seperti ADIA dinilai sangat strategis bagi penguatan nilai bisnis GoTo.
Sejumlah emiten seperti PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), melalui anak perusahaannya Telkomsel, diketahui ikut berinvestasi di GoTo ketika masih dalam entitas Gojek. Sementara investor lokal lain seperti grup Djarum melalui entitas anak Global Digital Niaga juga berinvestasi di Gojek.
Astra, Telkomsel dan Djarum telah berinvestasi ketika valuasi perusahaan teknologi digital terbesar di Indonesia itu masih rendah. Sebagai contoh, Astra yang berinvestasi sebesar USD250 juta di tahun 2018, menanamkan dananya saat valuasi Gojek berkisar USD3,5 - USD4 miliar. Sementara di waktu bersamaan nilai investasi Djarum diperkirakan mencapai sekitar USD100 juta.
Telkomsel masuk ke Gojek secara bertahap sejak tahun 2020. Pada tahap pertama, anak usaha Telkom ini menanamkan investasi sebesar USD150 juta. Kemudian tahap kedua di tahun 2021 penyertaan Telkomsel di Gojek bertambah hingga total menjadi sebesar USD450 juta. Ketika Telkomsel masuk, nilai valuasi Gojek diperkirakan sudah diatas USD10 miliar.
Pasca terbentuknya GoTo Group, persentase kepemilikan tiga konglomerasi bisnis di Indonesia itu berkurang. Namun, dengan terus melesatnya valuasi saham GoTo group, nilai investasi ketiga entitas tadi ditaksir sudah naik puluhan persen.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Internal Rate of Return
Dengan asumsi valuasi GoTo saat ini sebesar USD30 Miliar, maka perkiraan IRR (Internal Rate of Return) yang telah diraup oleh Investor Institusional Domestik seperti Telkom Group yang hampir setahun masuk adalah sebesar 6,97 persen (monthly) atau setara dengan 83,66 persen per annum, Astra Internasional sebesar 32 persen per anum dan Djarum meraup 43 persen per annum. Mereka sudah diuntungkan dengan masuknya dana Pre-IPO.
Kepemilikan saham investor GoTo berpotensi berubah sejalan dengan proses pra-IPO yang bisa menambah jumlah investor baru.
“Saya melihat saham ekonomi digital khususnya GoTo akan menarik sekali karena GoTo ini tidak hanya Gojek melainkan ada Tokopedia, dan ini akan dipandang sebagai sesuatu yang sangat prospeknya besar sekali. Jadi saya rasa investor akan langsung profit,” jelas Wawan.
Menurut Wawan, dengan model bisnis GoTo Group yang lengkap, peluang penguatan saham calon emiten ini lebih terbuka.
“GoTo ini fokusnya akan menjadi suatu ekosistem. Kalau bisa uangnya jangan keluar dari ekosistem tersebut. Jadi banknya ya Bank Jago, kalo mau belanja pakai Gopay dan kalau mau beli apa-apa di Tokped dan beli makan di Gojek, sepanjang GoTo bisa menggeliatkan ekosistem yang seperti itu maka akan memiliki prospektus yang luar biasa,” tambah Wawan.
Sebelum melepas 25 persen sahamnya lewat IPO di bursa efek, valuasi Bukalapak ditaksir sekitar USD4 miliar - USD5 miliar. Setelah IPO, valuasi harga saham BUKA ternyata jauh lebih tinggi, mencapai sekitar USD6 miliar.
Advertisement