Sri Mulyani: Stabilitas Sistem Keuangan Normal Seiring Penurunan Kasus Covid-19

Kondisi stabilitas sistem keuangan indonesia pada kuartal III 2021 berada dalam kondisi normal.

oleh Arief Rahman H diperbarui 27 Okt 2021, 13:35 WIB
Rapat berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Bank Indonesia, Selasa (30/7/2019).

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kondisi stabilitas sistem keuangan indonesia pada kuartal III 2021 berada dalam kondisi normal. Pada kesempatan yang sama, ia juga membeberkan alokasi belanja dan pendapatan negara per September 2021.

“Stabilitas Sistem Keuangan atau SSK pada triwulan III tahun 2021 dalam kondisi normal seiring dengan penurunan signifikan dari kasus covid-19,” katanya dalam konferensi pers KSSK, Rabu (27/10/2021).

Menteri Keuangan, Gubernur BI, Ketua Dewan Komisioner OJK, dan Ketua LPS disebut Menkeu Sri Mulyani telah menyepakati untuk berkomitmen bersama-sama memperkuat sinergi dari keempat lembaga dalam menjaga dan mendukung momentum pemulihan ekonomi.

“dan terus berkomitmen menjaga terus sistem keuangan. Ini merupakan hasil rapat dari forum KSSK yang merupakan rapat terakhir pada tahun 2021,” katanya.

Dalam mendorong tingkat penurunan signifikan kasus Covid-19 tersebut Menkeu Sri Mulyani juga membeberkan alokasi belanja dari keuangan negara. Yang salah satunya adalah untuk mendorong penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi masyarakat.

Melalui penetrasi bantuan pemerintah kepada masyarakat, hal itu disebut mampu mendorong kekuatan pelaku usaha untuk bisa bertahan. Sehingga pada penerapan PPKM, masih ada usaha yang tetap bertahan sehingga setelah penurunan kasus, aktivitas masyarakat bisa kembali bergerak.

Hal itu juga Dipandang berpengaruh positif terhadap kegiatan ekonomi yang berkontribusi pada penerimaan negara.

“Hingga september 2021, pendapatan negara mencatat Rp 1.354,8 triliun, ini berarti 77 persen dari target APBN, pendapatan negara ini mengalami pertumbuhan 16,8 persen yoy, terutama ditopang oleh meningkatnya penerimaan pajak yang tumbuh 13,2 persen sampai akhir September 2021,” katanya.

Sementara itu, dari sisi belanja negara, Sri Mulyani menuturkan masih terus dioptimalkan dan ditingkatkan dalam upaya membantu masyarakat memulihkan ekonominya. Diantaranya, belanja kementerian dan lembaga tumbuh 16,1 persen per September 2021.

“Terutama didorong oleh belanja modal yang tumbuh tinggi 62,2 persen yoy dan belanja barang yang tumbuh 42,4 persen,” katanya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pembangunan Infrastruktur dan Vaksin

Warga menunjukkan uang bantuan sosial (bansos) di kawasan Kedoya Selatan, Jakarta Barat, Rabu (28/7/2021). Bansos berupa uang tunai sebesar Rp 600 ribu tersebut disalurkan oleh PT. Pos Indonesia. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Lebih lanjut Sri Mulyani menuturkan bahwa belanja modal dialokasikan untuk menyelesaikan pembangunan infrastruktur dasar dan konektivitas serta pengadaan peralatan. Belanja modal juga ditujukan untuk merealisasi program padat karya sehingga mampu menyerap 1,23 juta tenaga kerja.

Sementara itu, belanja barang yang tumbuh 42,2 persen digunakan terutama untuk mengakselerasi program penanganan di bidang kesehatan. Diantaranya pengadaan dosis vaksin dan pelaksanaan vaksinasi yang dipercepat.

“pengadaan 107,3 dosis vaksin dan pelaksanaan vaksinasi yang dipercepat mencapai 2 juta perhari,” katanya.

Belanja barang juga memberikan bantuan subsidi upah kepada 5,07 juta pekerja , perlinsos bagi keluarga miskin dan rentan, pemerintah berikan bansos pada 10 juta keluarga program PKH, dan 17 juta keluarga yang mendapat sembako serta 10 juta keluarga yang dapat bantuan bansos tunai.

““Dari sisi kinerja APBN dan belanja yang dipercepat dan fleksibel, serta pendapatan negara yang makin baik, defisit APBN terjaga Rp 452 triliun di posisi 2,74 persen,” katanya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya