Liputan6.com, Doha - Menteri Luar Negeri China Wang Yi kembali menemui delegasi Afghanistan dalam kunjungan di Doha, Qatar. China dan Taliban yang menguasai Afghanistan kembali menegaskan hubungan erat, serta membahas melawan gerakan teror.
Salah satu gerakan yang dimaksud adalah Gerakan Islam Turkistan Timur (East Turkistan Islamic Movement atau ETIM).
Baca Juga
Advertisement
Media pemerintah China, Global Times, Rabu (27/10/2021), melaporkan pertemuan China dan Taliban kali ini memiliki nuansa yang lebih positif ketimbang pertemuan sebelumnya di Tianjin pada Juli 2021.
Menlu Wang Yi bertemu (plt.) Menlu Afghanistan Amir Khan Muttaqi pada Selasa (26/10). Ia juga dilaporkan memberikan hadiah kepada Menlu China.
Analis Afghanistan, Zhu Yongbiao, dari Universitas Lanzhou berkata sikap Taliban terharap terorisme semakin berubah "berkat tuntunan China dan pihak-pihak lain."
Pada Senin (25/10), Menlu Wang Yi turut bertemu (plt.) Deputi Perdana Menteri Afghanistan, Mullah Abdul Ghani Baradar.
"Baradar berkata pada Senin bahwa Taliban Afghanistan menaruh kepetingan besar kepada kekhawatiran keamanan China dan akan dengan tegas menegakkan janjinya dan tidak akan pernah mengizinkan pasukan manapun menggunakan wilayah Afghanistan untuk merugikan China," tulis Global Times.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bantuan dari China
Media pemerintah China juga mengingatkan bahwa Afghanistan mendapat bantuan dari China sebesar 200 juta yuan. Bantuan itu terdiri atas makanan, vaksin, serta perlengkapan untuk musim dingin.
Bantuan batch pertama dari China sudah tiba di Kabul pada 29 September 2021. China juga berjanji akan mempercepat pengiriman bantuan ke Afghanistan.
Tak hanya itu, Menlu Wang Yi berharap agar negara-negara barat mencabut sanksi terhadap Afghanistan.
"Ia (Menlu Wang Yi) juga berujar kepada semua pihak untuk berkomunikasi dengan Afghan Taliban dalam cara yang rasional dan pragmatis untuk menolong Afghanistan menuju jalan pertumbuhan yang sehat," tulis Global Times.
Advertisement