Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) mengasumsikan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) pada 2022 mencapai Rp 13,5 triliun dengan total jumlah hari Bursa sebanyak 250 hari.
Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi, mengatakan asumsi rata-rata transaksi harian tersebut merujuk pada kondisi ekonomi yang kian menggeliat. Sejalan dengan perkembangan penanganan pandemi COVID-19 di dalam negeri yang mulai landai.
“Untuk 2022 kita targetkan optimistis. Melihat pandemi juga semakin menurun, ekonomi mulai pulih kembali. Kita harapkan (asumsi) RNTH akan tercapai,” kata Inarno dalam konferensi pers RUPSLB BEI, Rabu (27/10/2021).
“Kita lihat IPO juga cukup banyak. ini yang buat kita cukup optimistis ke depannya Rp 13,5 triliun ini bisa tercapai,” ujar dia.
Baca Juga
Advertisement
Pada 2022, Bursa menargetkan 68 pencatat efek baru yang terdiri atas seluruh instrumen. Adapun sampai dengan saat ini, Bursa mencatat sudah ada 39 emiten baru yang terdaftar di Bursa. Kemudian terdapat empat obligasi baru yang tercatat sepanjang tahun ini, yakni dua ETF dan satu EBA. Realisasi ini setara 70 persen dari taerget Bursa untuk pencatatan 66 efek baru tahun ini.
“Dari target tahun ini sebanyak 66 efek baru, realisasinya sudah 46 dari semua instrumen, setara 70 persen pencapaian kita hingga September 2021,” ujar Direktur Bursa Efek Indonesia, I Gede Nyoman Yetna, dalam kesempatan yang sama.
Sementara dalam pipeline Bursa, terdapat 27 perusahaan di pipeline IPO BEI. Kemudian dua obligasi baru dan satu ETF. “Sehingga kalau semuanya tercatat di 2021, realisasinya 115 persen dari target yang sudah kita rencanakan,” ujar Nyoman.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kantongi 26 IPO
Sebelumnya, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah mengantongi permintaan 26 perusahaan untuk menawarkan saham perdana (initial public offering-IPO) hingga saat ini. Sebanyak 16 dari ke 26 perusahaan tersebut memiliki aset skala besar (di atas Rp 250 miliar).
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna Setia kepada wartawan, Senin, 18 Oktober 2021.
Selain 16 perusahaan tersebut, kata Nyoman, jika mengacu pada POJK Nomor 53/POJK.04/2017, untuk klasifikasi aset perusahaan yang saat ini berada dalam pipeline yang hendak IPO tersebut, terdapat dua Perusahaan aset skala kecil. (aset di bawah Rp50 miliar), dan delapan perusahaan aset skala menengah. (aset antara Rp50 miliar sampai dengan Rp250 miliar).
Adapun rincian sektor dari 26 perusahaan yang mau IPO tersebut adalah sebagai berikut:
- Ada 2 Perusahaan dari sektor Basic Materials;
- Ada 2 Perusahaan dari sektor Industrials;
- Ada 1 Perusahaan dari sektor Transportation & Logistics;
- Ada 5 Perusahaan dari sektor Consumer Non-Cyclicals;
- Ada 8 Perusahaan dari sektor Consumer Cyclicals;
- Ada 1 Perusahaan dari sektor Technology;
- Ada 3 Perusahaan dari sektor Energy;
- Ada 1 Perusahaan dari sektor Financials.
- Ada 1 Perusahaan dari sektor Properties & Real Estate.
- Ada 2 Perusahaan dari sektor Infrastructures.
Hingga 18 Oktober 2021, kata Nyoman, telah tercatat 38 Perusahaan yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan dana yang berhasil dihimpun sebesar Rp 32,14 triliun.
Total perusahaan tercatat di BEI hingga 15 Oktober 2021 tercatat sebanyak 750, saham yang aktif diperdagangkan ada sebanyak 694 saha. Total kapitalisasi pasar BEI hingga 15 Oktober 2021 tercatat sebesar Rp 8.134,68 triliun.
Advertisement