Liputan6.com, Jakarta - Transportasi di Asia Tenggara (SEA) bertanggung jawab atas 40 persen emisi gas rumah kaca global dan 23 persen karbon dioksida menyebabkan perubahan iklim. Industri otomotif, sebagaimana industri lainnya, pun sedang bergulat dengan peran yang dimainkan dalam menciptakan planet yang lebih berkelanjutan dan mobilitas bersih melalui kendaraan listrik.
Lalu, seberapa antusiasmenya kah masyarakat di kawasan Asia Tenggara menyambut mobilitas hijau? Berdasarkan survei perusahaan riset Milieu Insight baru-baru ini, sekitar kurang dari setengah konsumen otomotif Indonesia tertarik untuk membeli kendaraan listrik.
Advertisement
Minat tertinggi di Thailand dan Singapura, di mana 56 persen dari konsumen di sana menyatakan tertarik untuk membeli kendaraan listrik untuk pembelian berikutnya. Di Vietnam 51 persen konsumen menyatakan hal yang sama, sedangkan di Indonesia dan Filipina 47 persen.
Terendah adalah Malaysia dengan hanya 39 persen yang menyatakan berminat membeli kendaraan listrik pada pembelian kendaraan berikutnya.
Harga Jadi Pertimbangan
"Untuk responden yang menyatakan tidak akan mempertimbangkan untuk membeli mobil listrik, kami ingin lebih memahami mengapa. Di Singapura, 71 persen mengatakan ada terlalu sedikit stasiun pengisian daya," ungkap Milieu Insight, dalam pernyataannya, Rabu (27/10/2021).
Alasan yang sama juga diungkapkan 59 persen konsumen di Thailand dan 57 persen di Vietnam. Di Malaysia, harga menjadi alasan utama, 56 persen, diikuti oleh kurangnya stasiun pengisian 55 persen.
Harga juga menjadi perhatian utama konsumen di Indonesia (47 persen). Di Filipina, perhatian utama adalah waktu isi ulang yang lama, 50 persen.
Untuk pembuat kebijakan, mengatasi masalah stasiun pengisian mungkin menjadi langkah selanjutnya yang jelas, karena jelas bahwa pengisian daya yang dapat diakses secara luas dan komprehensif jaringan sangat penting untuk kenyamanan dan untuk mengurangi kecemasan jangkauan.
Advertisement