OJK Prediksi Pertumbuhan Kredit di Kisaran 4 - 5 Persen Tahun Ini

Masih ada waktu beberapa bulan mencapai pertumbuhan kredit nasional.

oleh Arief Rahman H diperbarui 27 Okt 2021, 15:20 WIB
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso

Liputan6.com, Jakarta Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso memprediksi pertumbuhan kredit nasional bisa menyentuh 4 sampai 5 persen. Hal ini ditopang pertumbuhan kredit per September 2021 yang mencatatkan perolehan positif.

Tercatat, kredit perbankan per September 2021 tumbuh sebesar 2,21 persen yoy dan 3,12 persen ytd. “Ini masih ada beberapa bulan pertumbuhan kredit dengan adanya 3,12 persen year to date ini, kami perkirakan tahun ini akan jatuh range antara 4 sampai 5 persen,” jelas Wimboh Santoso dalam Konferensi Pers KSSK, Rabu (27/10/2021).

Kredit Modal Kerja tumbuh sebesar 2,85 persen (yoy), Kredit Investasi 0,37 persen (yoy) dan Kredit Konsumsi 2,95 persen (yoy), meningkat dibandingkan akhir triwulan II 2021, seiring dengan penurunan kasus harian Covid-19 dan peningkatan aktivitas ekonomi.

“Ini sejalan dengan peningkatan mobilitas masyarakat karena penurunan kasus covid dan juga upaya kita yang memberikan dorongan untuk pertumbuhan kredit ini,” tambah dia.

Sementara itu, Kredit perbankan sektor utama menunjukkan peningkatan, seperti kredit rumah tangga tumbuh 2,77 persen (ytd), kredit sektor perdagangan tercatat tumbuh 2,43 persen (ytd). Lalu kredit sektor manufaktur tumbuh 2,05 persen (ytd).

“Perbankan juga berkontribusi dalam mendorong percepatan pemulihan ekonomi nasional melalui penurunan suku bunga kredit,” jelas dia.

 


Suku Bunga Kredit Turun

Ilustrasi Foto Suku Bunga (iStockphoto)

Wimboh melanjutkan, tingkat suku bunga dasar kredit mengalami tren penurunan dari 9,69 persen pada Juni 2021 menjadi 9,66 persen pada September 2021 terutama didorong penurunan komponen harga pokok dana. DPK tumbuh 7,69 persen (yoy) atau 7,45 persen (ytd).

Profil risiko lembaga jasa keuangan pada September 2021 menunjukkan perbaikan dengan rasio gross NPL berada pada level 3,22 persen (net NPL: 1,04 persen) dari sebelumnya sebesar 3,24 persen (net NPL: 1,06 persen) pada Juni 2021.

Kemudian, pasar saham menunjukkan tren penguatan ke level di atas prapandemi. Per 25 Oktober 2021, IHSG menguat 10,81 persen (ytd) ke level 6.625,7 dengan aliran dana masuk nonresiden mencapai Rp39,4 triliun.

Total penghimpunan dana di pasar modal hingga 26 Oktober 2021 mencapai Rp 273,9 triliun, jauh melampaui nilai penghimpunan dana tahun 2020 sekitar Rp 118,7 triliun dan di atas target 2021. Selain itu, penawaran umum dari 40 emiten baru tercatat sebesar Rp36,36 triliun.

“Jumlah penghimpunan dana di pasar modal dapat terus bertambah mengingat terdapat 82 emiten yang akan melakukan penawaran umum senilai Rp 43,32 triliun,” katanya.

Sementara itu di IKNB, pertumbuhan penyaluran pembiayaan pada September 2021 membaik dibandingkan akhir triwulan II 2021, dengan nominal sebesar Rp359,1 triliun.

Risiko pembiayaan mengalami perbaikan yang ditunjukkan dengan rasio NPF tercatat sebesar 3,85 persen pada posisi bulan September 2021, membaik dibandingkan 3,96 persen pada akhir triwulan II 2021.

Industri asuransi mencatatkan penghimpunan premi asuransi pada September 2021 sebesar Rp 22,2 triliun dengan rincian Asuransi Jiwa sebesar Rp15,1 triliun, Asuransi Umum dan Reasuransi sebesar Rp 7,1 triliun. Fintech P2P lending pada September 2021 mencatatkan outstanding pembiayaan sebesar Rp 27,48 triliun atau tumbuh sebesar 116,2% (yoy).

“OJK akan terus mendukung kebijakan Pemerintah untuk mendorong sektor usaha yang berdampak bagi pemulihan ekonomi nasional dan juga akan memperkuat koordinasi dengan para stakeholder dalam rangka menjaga SSK,” katanya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya