Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan pakaian olahraga asal Jerman, Puma umumkan prospek penjualan selama 2021 pada Rabu, 27 Oktober 2021. Selain itu, Puma menyarankan masyarakat untuk berbelanja lebih awal untuk Natal.
Hal ini seiring kemacetan pasokan dan gangguan manufaktur sehingga akan berarti kekurangan produknya hingga 2022.
Perseroan hadapi dari tekanan rantai pasokan, pelabuhan yang penuh dan kekurangan kontainer. Pabrik-pabrik di Vietnam sebagai pemasok besar untuk alas kaki terpaksa tutup karena COVID-19. Para pemilik pabrik hanya berharap agar bisa beroperaional kembali pada paruh kedua 2022.
Chief Executive Puma Bjorn Gulden menyarankan perusahaan untuk mengatasi kemacetan di Pelabuhan dan masalah kekurangan kontainer. Situasi ini menambah biaya pengiriman. Apalagi di tengah kondisi pasar China yang sulit.
Baca Juga
Advertisement
Perseroan prediksi penjualan di China terus dipengaruhi lockdown dan boikot konsumen terhadap merek barat yang dipicu pertikaian politik pada awal 2021.
"Kami memperkirakan permintaan yang tinggi atas produk kami terus berlanjut. Tetapi perusahaan juga melihat kendala pasokan masih menjadi masalah di sisa tahun ini," jelas Gulden dalam sebuah pernyataan, dikutip dari laman Channel News Asia, Rabu (27/10/2021).
Penjualan Puma pada kuartal III melejit 20,4 persen atau memperoleh keuntungan USD 2,21 miliar. Realisasi itu setara Rp 31,2 triliun (estimasi kurs Rp 14.177 per dolar AS). Sementara laba operasional melonjak 229 juta Euro. Pencapaian ini jauh terlampaui dari target analis.
Kenaikan penjualan Puma terjadi di Amerika Serikat (AS), Eropa, Timur Tengah, dan Afrika. Masing- masing benilai 31 persen, 22 persen. Untuk kawasan Asia-Pasifik kenaikannya hanya 1,7 persen.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Saham Puma Menguat
Minimnya kenaikan tersebut dipengaruhi ketegangan berlangsung di China. Faktor lain adalah pemberhentian pasar di beberapa negara seperti Jepang.
Saham Puma naik 1,8 persen membuat perseroan jadi pemenang terbesar pada indeks blue-chip Jerman.
"Pendapatan kuartal III Puma konfirmasi sebuah merek dalam kesehatan yang buruk di pasar barat,” ujar Analis Jefferies, James Grizinic.
Rivalnya, Nike Inc bulan lalu memangkas ekspetasi penjualan 2022. Pihaknya memperkirakan penundaan selama musim belanja liburan. Nike menilai ini sebagai imbas krisis rantai pasokan.
Saat ini, pihak Puma berharap penjualan dapat disesuaikan dengan mata uang setahun penuh. Agar naik setidaknya 25 persen. Artinya ada peningkatan dari perkiraan sebelumnya setidaknya 20 persen.
Melihat laba operasional antara 450 juta dan 500 juta euro, dibandingkan dengan sebelumnya 400- 500 juta euro.
Reporter: Ayesha Puri
Advertisement