Liputan6.com, Jakarta - Kolaborasi jadi kunci kekuatan bertahan di masa kini, terutama di masa pandemi. Hal ini disadari pula oleh tiga desainer yang memiliki latar berbeda.
Era Soekamto yang dikenal sebagai desainer fesyen dan batik, mengajak Rinaldy A. Yunardi yang notabene desainer aksesori, dan Robby Permana Manas, CEO DUA Collective yang bergerak di industri pencahayaan, untuk menciptakan karya bersama berupa lampu.
"Kami bertiga merasa di masa pandemi harus tetap semangat dan bertanggung jawab atas profesi kami untuk tetap berikan karya-karya, " kata Era dalam jumpa pers virtual DUA Lighting Collective & Collaborations - Legacy Collection, Rabu, 27 Oktober 2021.
Baca Juga
Advertisement
Kolaborasi ketiganya mampu melahirkan instalasi seni pencahayaan bertajuk Dewa Nawa Sanga. Karya tersebut sempat dipamerkan di La Maison Objet, Prancis, pada 2019, tetapi belum sempat diperkenalkan ke publik Indonesia karena keburu pandemi melanda.
Lewat karya itu, ketiganya berusaha menyampaikan pesan tentang esensi manusia agung dalam cara yang lebih ringan diterima oleh masyarakat awam. Era menjelaskan, Dewa Nawa Sanga terinspirasi dari kearifan Surya Majapahit. Ada delapan elemen yang memutari satu elemen inti, yang merupakan simbol dari delapan arah mata angin yang melebur jadi satu menjadi ruh.
"Dewa Nawa Sanga itu bicara tentang manusia, kepemimpinan. Dibentuk delapan elemen yang kemudian melebur jadi satu sebagai wujud adimanungsa, yaitu manusia sebaik-baiknya ciptaan Tuhan. Cerita yang berat ini ingin coba diedukasi," kata dia.
"Risetnya panjang, kita ambil dari Negarakertagama," kata dia.
Era bertanggung jawab merancang konsep mengingat pengetahuannya soal budaya Indonesia lebih dalam daripada Rinaldy maupun Robby. Kedua nama terakhir lah yang bertanggung jawab untuk menerjemahkan penjelasan abstrak Era menjadi objek fisik yang bisa dinikmati secara visual.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kekuatan dari Dalam
Pengalaman kolaborasi tiga lintas genre itu membekas bagi Rinaldy yang akrab disapa Yuyung itu. Selama ini, dia mengakui sering berkiblat ke Eropa dalam mendesain karyanya. Namun dalam proyek kali ini, ia ditarik untuk menggali budaya sendii.
"Saya mengenal, suka penasaran, banyak belajar sehingga saya bisa mendalami lebi, sedikit demi sedikit. Ternyata, oh indah ya budaya Indonesia," kata dia.
Ia menyebut kolaborasi yang menyatukan lampu, fesyen dan aksesori membuat koleksi itu jadi lebih bernyawa. Dalam prosesnya, ia pun dituntut untuk saling memberi, mendengar, dan menerima. "Ya walau desain enggak bisa selalu diwujudkan 100 persen," ujarnya.
Ada dua lampu yang diciptakan. Satu lampu gantung, satu lagi lampu tempel. Material utama yang digunakan dalam karya itu adalah bambu yang dianyam membungkus bingkai ukiran logam.
Advertisement
Libatkan Perajin
Sementara itu, Robby menyatakan kesadaran tentang pencahayaan di Indonesia semakin tinggi. Orang mulai memaknai pencahayaan adalah elemen penting dalam ruang. Namun, kini tidak hanya sekadar lampu, melainkan elemen dekorasi penyempurna ruangan.
Sebagai praktisi yang berkecimpung dengan segmentasi khusus di hotel bintang empat dan lima, ia menilai lampu yang didesain dengan unik, bisa meningkatkan nilainya lebih tinggi. Dalam proyek itu, ia menggandeng perajin di Bali untuk membuat ukiran sesuai desain.
"Kita buktikan kualitas dari hasil perajin Indonesia," ucapnya saat ditanya cara meyakinkan pembeli mancanegara.
Fakta-Fakta Menarik tentang Fashion
Advertisement