Tarékah Ngamumulé Budaya Bangsa Teu Kasengker Ku Mangsa Sasalad Covid-19

Di sagédéngeun éta, Ketua PEPADI Garut, Aa Rahayu mairan éta féstival budaya diiluan ku 13 pamilon dalang petingan Garut ti unggal umur, mimiti ti dalang anom tug nepikeun ka dalang sepuh.

"Rincianana mah 5 urang murangkalih, 5 rumaja, sareng 3 anu sepuh," pokna.

Ieu kagiatan, numutkeun anjeunna kacida pentingna, sok komo dina kaayaan tigerat balukar ditarajang sasalad Covid-19.

"Sim kuring miharep ieu kagiatan tiasa muka lolongkrang kasuksésan para dalang atanapi seniman lianna anu aya di Garut," anjeunna ngémbohan.

Lian ti ngabeungharan pangaweruh jeung nambahan pangalaman, kagiatan cara kieu téh dipiharep ngahasilkeun dalang profésional luyu jeung visi misi PEPADI Garut nyaéta "Ngawangun Jelema Masagi Ngaliwatan Padalangan".

"Sim kuring saparakanca narékahan ku cara séjénna, di antarana program 'Padalangan Masuk SD'. Mugia tiasa sinkron sareng Dinas Pendidikan," pokna.

Udagan séjénna, padalangan jeung pawayangan jadi muatan lokal (mulok) di sakola.

"Outputna mah ngawangun sumber daya anu linuhung," ceuk ieu seniman mungkas wangkongan.

Bahasa yang digunakan adalah bahasa Sunda Buhun atau bahasa Sunda Cianjuran. Artikel berbahasa daerah ini bagian dari program Liputan6.com dalam rangka Hari Sumpah Pemuda.

Masa pandemi Covid-19 saat ini, tak menghalangi Pemerintah Daerah (Pemda) Garut, Jawa Barat untuk tetap menyelenggarakan festival budaya. Salah satunya gelaran festival dan Biojakarama Padalangan se-kabupaten Garut.

Wakil Bupati Garut Helmi Budiman mengatakan, hajatan gawe bareng pemda Garut bersama Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) Garut itu, diharapkan mampu melestarikan budaya pewayangan dan pedalangan, sebagai warisan budaya bangsa.

“Alhamdulillah Kabupaten Garut mulai bangkit khususnya di budaya pewayangan pedalangan,” ujar dia pekan lalu.

Tak hanya itu ujar Helmi, gelaran festival dalang dan pewayangan yang diperuntukan buat anak-anak, remaja, dan dewasa itu, diharapkan mampu menjadi sarana regenerasi kalangan pedalangan di Garut.

“Tentu ini kita juga mempersiapkan ke depan dalang-dalang kita yang profesional, bukan saja berskala Garut, tetapi mampu berbicara di tingkat nasional dan internasional,” ujar dia.

Bahkan selain menghasilkan dalang profesional, kegiatan festival ini diharapkan mampu menjadi sarana edukasi bagi masyarakat untuk melestarikan budaya bangsa.

“Pewayangan adalah budaya yang bisa masuk ke hampir seluruh elemen masyarakat terutama dalam perubahan perilaku mau tentang Covid, mau tentang ODF (Open Defecation Free) dan sebagainya,” kata dia.

Ia mencontohkan kemunculan dalang kondang mendiang Asep Sunandar Sunarya, dihasilkan melalui banyak festival yang diikuti hingga akhirnya menjadi seorang dalang profesional yang mendunia.

“Ini (pedalangan) kan perlu diasah,  perlu ditampilkan lebih banyak sehingga bisa profesional, saya berharap ada lahir lagi Asep Sunandar Sunarya baru di Kabupaten Garut,” kata dia.

Dengan semakin banyaknya dalang profesional yang muncul, diharapkan menjadi sarana edukasi yang tepat dan efektif bagi masyarakat, dalam menyampaikan setiap pesan yang bermanfaat.

“Ini kan bisa masuk semua (sektor), jadi proses edukasi melalui budaya, proses pendidikan melalui budaya, melalui pewayangan,” kata dia.

Sementara itu, Ketua PEPADI Garut, Aa Rahayu menambahkan festival budaya tersebut diikuti 13 peserta padalangan terbaik Garut dari berbagai usia, mulai dalang bocah,  dalang remaja hingga dalang dewasa.

“Rinciannya sebanyak 5 bocah, 5 remaja dan 3 dewasa. Itu mungkin event kami hari ini, adalah Festival dan Binojakrama,” kata dia.

Menurutnya kegiatan festival pewayangan dan pedalangan saat ini dinilai penting di tengah sepinya job manggung dan pertunjukan akibat pandemi Covid-19.

“Saya berharap kegiatan ini bisa membuka kunci kesuksesan bagi para dalang ataupun seniman yang ada di Kabupaten Garut,” kata dia.

Selain menambah jam terbang para datang, kegiatan mentas dan festival seperti ini diharapkan mampu menghasilkan dalam profesional sesuai dengan visi misi dari PEPADI Garut ‘Membangun Karakter Manusia yang Adihulung Melalui Padalangan’.

“Kita gali potensi-potensi, sumber daya dalang di Kabupaten Garut, tahun ini ada program ‘Padalangan Masuk SD’, semoga bisa sinkron dengan Dinas Pendidikan,” ujar dia.

Bahkan rencana ke depan ujar dia, kegiatan pewayangan dan pedalangan bisa masuk menjadi salah satu pelajaran muatan lokal (mulok) di sektor pendidikan, untuk melestarikan budaya pewayangan dan pedalangan di kalangan generasi muda.

“Output adalah menciptakan sumber daya padalangan yang berpotensi,” ujar dia.