Liputan6.com, Jakarta - Stroke menempati posisi ke-2 penyebab utama kematian di Indonesia setelah jantung koroner. Dokter spesialis saraf konsultan dari RS Colombia Semarang, Dr dr Dodik Tugasworo SpS(K), mengatakan, prevalensi stroke di masyarakat cukup tinggi.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2018, prevalensi stroke di masyarakat mencapai 14,83 persen.
Menurut Dodik, stroke perlu menjadi perhatian serius semua pihak. Sebab, stroke bukan hanya menyebabkan kematian, tetapi juga kecacatan. Diperparah juga dengan deteksi dini faktor risiko yang belum optimal di masyarakat.
Baca Juga
Advertisement
Pada temu media Hari Stroke Dunia, Kamis, 28 Oktober 2021, Direktorat Penanganan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI, dr Elvieda Sariwati M Epid menjelaskan bahwa kendala penanganan stroke di Indonesia disebabkan banyaknya masyarakat yang belum mengenali tanda-tanda dini serangan stroke sehingga penanganan kasus terlambat.
"Ditambah lagi, belum semua rumah sakit memiliki fasilitas dan tim penanganan pelayanan stroke terpadu," kata Elvida.
Visi dan Misi dari Kementerian Kesehatan RI
Menanggapi kendala tersebut, Dodik, menekankan, kedokteran Indonesia akan terus berupaya untuk menekan angka kematian akibat stroke.
Salah satunya dengan meningkatkan jumlah rumah sakit stroke comprehensive dan ketersedian secara luas akan akses cepat ke rumah sakit di setiap ibu kota provinsi.
"Kita juga akan memperkuat kapasitas global untuk menurunkan dampak stroke, membangun kesadaran dan pengetahuan tentang stroke, dan membentuk organisasi pendukung yang kuat," kata Dodi.
Reporter: Lianna Leticia
Advertisement