Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartato menyatakan penanganan Covid-19 di Indonesia lebih baik dibandingkan global. Hal ini diungkapkan Airlangga Hartarto dalam International Conference on Humanities and Social Science (ICHSS) 2021.
“Penanganan kasus aktif (Covid-19) di Indonesia lebih baik jika dibandingkan secara global. Dilihat dari kasus rata-rata, dalam tujuh hari ada kurang dari 1.000 kasus, yaitu 728, dan terus menurun. Pada Minggu (24/10/2021) sudah menjadi 460 kasus,” ungkap Airlangga dalam keteragan tertulis di Jakarta, Kamis (28/10/2021).
Advertisement
Dia menegaskan bahwa meski jumlah kasus menurun sangat drastis, itu bukan karena pemerintah mengurangi jumlah tes. “Pemerintah tidak pernah mengurangi jumlah tes,” tegasnya.
Mengutip Indeks Nikkei, Airlangga memaparkan bahwa penanganan Covid-19 di Indonesia bahkan lebih baik dari Filipina, Malaysia, Singapura, India, United Kingdom dan bahkan AS. Ia menjelaskan menjelaskan tiga strategi yang diterapkan pemerintah dalam menangani kasus Covid-19, yaitu deteksi, perubahan perilaku, dan vaksinasi.
Pada tahap deteksi, pemerintah meningkatkan screening dan epidemiological test, serta contact tracing. Tidak hanya itu, pemerintah juga melakukan pengawasan genomik, karantina yang ketat, dan wajib PCR.
Untuk perubahan perilaku, pemerintah mengonversi 30 persen-40 persen tempat tidur rumah sakit dan memasok semua logistik rumah sakit dan sumber daya manusia. Dokter magang dan co-assistant, sebagai tambahan tenaga kesehatan, dikerahkan, kriteria pasien rawat inap diperketat, dan tempat penampungan sebagai pusat isolasi ditingkatkan.
Sedangkan untuk vaksinasi, 50 persen pasokan vaksin dialokasikan untuk wilayah umum dan tingkat mobilitas yang tinggi, serta 80 persen masyarakat Indonesia ditargetkan sudah mendapatkan vaksin hingga akhir tahun ini. Upaya pemerintah menangani pandemi Covid-19 berdampak terhadap kinerja perekonomian.
Airlangga membeberkan faktanya. Pada kuartal II-2021, Indonesia berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi tertinggi dalam 16 tahun terakhir, yaitu sebesar 7,16 persen. Untuk sektor yang sedang dalam pemulihan saat ini adalah sektor industri, transportasi, retail, akomodasi, pertanian, hingga perumahan.
Dia menyampaikan bahwa strategi yang diterapkan adalah dengan memberikan konsumen kepercayaan dan keringanan pajak, terutama pada sektor otomotif dan properti. Tantangan saat ini sebenarnya adalah demografi Indonesia yang kebanyakan dari Generasi Z dan milenial yang melek digital.
“Ini tentu tantangan bagi PresUniv. Bonus demografi ini adalah kunci pertumbuhan Indonesia di masa mendatang,” katanya.
Ini perlu menjadi perhatian, karena ekonomi digital Indonesia adalah yang terbesar di ASEAN. Airlangga mengutip data yang menyebutkan bahwa 41,9 persen total transaksi ekonomi digital di ASEAN datang dari Indonesia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Peluang bagi Mahasiswa
Menurut Airlangga, ini menjadi peluang bagi mahasiswa untuk melakukan bisnis digital, seperti financial technology (fintech), e-commerce, layanan kesehatan digital, education technology (edutech), hingga health tech.
“Mahasiswa saat ini adalah digital talents dan entrepreneurs masa depan. Saya berharap jumlah entrepreneurs kita dapat tumbuh hingga 5 persen dari seluruh populasi. Saat ini rasionya masih sangat rendah, yaitu 3,5 persen. Dan area potensial yang perlu dikembangkan adalah kemampuan teknologi digital, artificial intelligence, big data, atau yang sedang popular saat ini, yaitu crypto," tutup dia.
Airlangga menceritakan upaya pemerintah mempercepat transformasi ekonomi melalui Making Indonesia 4.0 yang mengutamakan tujuh sektor utama, yaitu makanan & minuman, tekstil & garmen, otomotif, bahan kimia, elektronik, farmasi, dan peralatan medis.
“Semua sektor ini memiliki permintaan yang tinggi. Bahkan semasa pandemi,” katanya. Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antara media, akademik, bisnis, komunitas, dan pemerintah. “Untuk akademik, universitas perlu fokus pada kurikulum entrepreneurship yang baik, yang mampu melahirkan dan menghasilkan start-up baru, termasuk menjadi akselerator bagi entrepreneurship,” tutupnya.
International Conference on Humanities and Social Science (ICHSS) 2021 diselenggarakan oleh Fakultas Humaniora President University (PresUniv). Ini menjadi konferensi internasional perdana Fakultas Humaniora PresUniv dengan tema The Opportunities of Crisis: International Experiences and Best Practices in the Time of Covid-19 and Beyond in Society 5.0.
“Saya berharap konferensi ini menjadi agenda yang penting bagi mahasiswa dan segenap civitas academica humaniora di tingkat global dan bisa dilakukan setiap tahun," kata Ketua Yayasan Pendidikan Universitas Presiden (YPUP) Budi Susilo Soepandji
Budi mengatakan bahwa tema tersebut sangat kontekstual dengan kondisi saat ini dan mengingatkan bahwa situasi pandemi ini telah mengubah peradaban global secara drastis dan tidak terprediksi sebelumnya.
Advertisement