Astra International Catat Laba Bersih Rp 14,97 Triliun hingga September 2021

PT Astra International Tbk (ASII) meraup pendapatan Rp 167,4 triliun hingga kuartal III 2021.

oleh Agustina Melani diperbarui 28 Okt 2021, 19:12 WIB
Gedung PT Astra International Tbk (Foto: Astra)

Liputan6.com, Jakarta - PT Astra International Tbk (ASII) mencatat pertumbuhan pendapatan dan laba bersih pada sembilan bulan pertama 2021.Kinerja keuangan tersebut didukung dari harga komoditas yang lebih tinggi.

PT Astra International Tbk meraup pendapatan Rp 167,4 triliun hingga kuartal III 2021. Realisasi pendapatan itu naik 28 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 130,34 triliun.

Beban pokok pendapatan naik dari Rp 101,04 triliun hingga September 2020 menjadi Rp 131,14 triliun hingga September 2021. Dengan demikian, laba bruto perseroan naik 23,7 persen menjadi Rp 36,25 triliun hingga kuartal III 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 29,30 triliun.

Perseroan mencatat beban penjualan turun dari Rp 8,43 triliun hingga kuartal III 2020 menjadi Rp 7,40 triliun hingga kuartal III 2021. Namun, beban umum dan administrasi naik dari Rp 10,11 triliun hingga kuartal III 2020 menjadi Rp 10,56 triliun hingga kuartal III 2021.

Perseroan mencatat bagian atas hasil bersih ventura bersama naik dari Rp 1,72 triliun menjadi Rp 3,69 triliun hingga September 2021. Bagian atas hasil bersih entitas asosiasi naik menajdi Rp 935 miliar hingga September 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 356 miliar.

Perseroan mencatat laba bersih Rp 14,97 triliun hingga kuartal III 2021. Laba bersih itu tumbuh tujuh persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 14,03 triliun. PT Astra International Tbk pun mencatat laba bersih per saham naik tujuh persen dari Rp 347 hingga kuartal III 2020 menjadi Rp 370 hingga kuartal III 2021.

Nilai aset bersih per saham pada 30 September 2021 sebesar Rp 4.114 meningkat tujuh persen dibandingkan 31 Desember 2020.

Kas bersih, tidak termasuk anak perusahaan divisi jasa keuangan Grup, mencapai Rp25,5 triliun pada 30 September 2021, dibandingkan Rp7,3 triliun pada akhir tahun 2020, yang disebabkan oleh kinerja penjualan yang membaik, serta realisasi belanja modal dan modal kerja yang relatif rendah.

Namun, jika volume penjualan terus membaik hingga akhir tahun, belanja modal dan modal kerja dapat mengalami peningkatan. Utang bersih anak perusahaan divisi jasa keuangan Grup sedikit meningkat dari Rp39,2 triliun pada akhir tahun 2020 menjadi Rp39,3 triliun pada 30 September 2021.

“Kinerja grup secara keseluruhan membaik dalam sembilan bulan pertama tahun 2021, didukung oleh volume penjualan otomotif yang kuat dan harga komoditas lebih tinggi,” ujar Presiden Direktur PT Astra International Tbk, Djony Bunarto Tjondro dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (28/10/2021).

Ia menuturkan, walaupun terdapat beberapa ketidakpastian dengan situasi makroekonomi saat ini akibat dampak pandemi, kinerja Grup yang baik memberi optimisme terhadap sisa periode sampai dengan akhir tahun ini. “Selain itu, posisi neraca keuangan Grup tetap sehat dan solid,” ujar dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Kontribusi Kinerja Perseroan

Gedung Astra. Dok Astra

Kontribusi sektor otomotif mencatatkan laba bersih naik signifikan. Laba bersih dari sektor otomotif naik 207 persen menjadi Rp 5,51 triliun hingga kuartal III 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,79 triliun.

Hal ini terutama karena dampak buruk dari pandemi yang signifikan terhadap kinerja divisi ini pada kuartal kedua tahun lalu dan langkah-langkah penanggulangannya, serta peningkatan volume penjualan pada sembilan bulan pertama tahun ini, terutama pada segmen roda empat yang diuntungkan oleh insentif sementara pajak penjualan barang mewah.

Kemudian disusul laba bersih dari divisi agribisnis meningkat 152 persen menajdi Rp 1,2 triliun. Hal ini karena peningkatan harga minyak kelapa sawit.

PT Astra Agro Lestari Tbk yang 79,7 persen sahamnya dimiliki perseroan mencatat peningkatan laba bersih sebesar 152 persen menjadi Rp 1,5 triliun. Harga minyak kelapa sawit meningkat 31 persen menajdi Rp 10.699 per kg. Volume penjualan minyak kelapa sawit dan produk turunannya stabil 1,5 juta ton.

Lalu diikuti laba bersih dari divisi properti tumbuh 52 persen menjadi Rp 131 miliar dari periode sama tahun sebelumnya Rp 86 miliar. Kemudian laba bersih dari divisi alat berat grup, pertambangan, kontruksi dan energi naik 51 persen menjadi Rp 4,7 triliun. Hal ini disebabkan peningkatan penjualan alat berat Komatsu dan penguatan harga batu bara.

Sementara itu, divisi jasa keuangan tumbuh 23 persen menjadi Rp 3,4 triliun selama sembilan bulan pertama 2021. Ini disebabkan oleh peningkatan kontribusi dari bisnis pembiayaan konsumen dan asuransi umum.

Adapun divisi teknologi informasi mencatatkan laba bersih naik 8 persen menjadi Rp 28 miliar dari periode sama tahun sebelumnya Rp 26 miliar. Pertumbuhan itu disebabkan oleh penurunan biaya operasional dan pendapatan bunga lebih tinggi meski pendapatan dari bisnis solusi dokumen dan layanan kantor tercatat lebih rendah.


Gerak Saham ASII

Pekerja melintasi layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Meski terjebak di zona merah, IHSG berhasil mengakhiri perdagangan di level 5.841. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pada penutupan perdagangan Kamis, 28 Oktober 2021, saham ASII stagnan di posisi Rp 6.000 per saham. Saham ASII dibuka stagnan Rp 6.000.

Saham ASII berada di level tertinggi Rp 6.175 dan terendah Rp 5.950 per saham. Total frekuensi perdagangan 10.971 kali dengan volume perdagangan 525.354. Nilai transaksi Rp 319,1 miliar.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya