Jangan Kaget, Bank Konvensional Cuma Tersisa 20 Persen Akibat Penetrasi Digital

Keberadaan bank digital diyakini akan membuat jumlah bank konvensional semakin menciut.

oleh Septian Deny diperbarui 29 Okt 2021, 11:00 WIB
Ilustrasi Bank

Liputan6.com, Jakarta Keberadaaan bank digital diprediksi terus akan berkembang seiring dengan  kemajuan teknologi. Keberadaan bank digital juga diyakini akan membuat jumlah bank konvensional semakin menciut.

Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira memperkirakan bank digital akan mengalami perkembangan yang signifikan seiring dengan kemudahan masyarakat dalam mengakses teknologi. Hal ini berbanding terbalik dengan jumlah bank konvensional yang justru diprediksi akan semakin sedikit.

Dia menyebut, seiring dengan perkembangan bank digital, jumlah bank konvensional ke depannya diprediksi tidak akan lebih dari 20 persen saja.

"(Hanya) Akan ada 20 persen bank tradisional. Sedangkan sisanya 80 persen merupakan kombinasi digital dan bank yang full digital," kata dia dalam acara Jago Bootcamp 2021 di Bali, dikutip Jumat (29/10/2021).

Menurut Bhima, 20 persen bank konvensional ini akan diisi oleh bank-bank yang kesulitan untuk beralih menjadi digital. Dan bukan tidak mungkin lama kelamaan bank ini akan punah seiring dengan masifnya perkembangan bank digital ke depan.

"Kalau kita lihat memang betul apa yang dikatakan kemungkinan besar bank yang memang tidak mau berubah menjadi digital, dan hanya menyisakan 20 persen fully tradisional," tutur dia.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Siap-Siap, Seluruh Perbankan Diramal Berubah jadi Bank Digital di 2030

Ilustrasi daftar kode bank. (Photo by vectorjuice on Freepik)

Bank digital diprediksi akan merajai sektor perbankan pada 2030. Pada tahun tersebut, semua bank yang ada diperkirakan akan berubah menjadi bank digital.

Ekonom Core Indonesia Piter Abdullah mengatakan, bank digital merupakan sebuah proses virtual yang mencakup seluruh layanan online banking dan layanan lainnya yang lebih dari sekedar online.

 "Jadi layanan banknya sama tapi kita perlu tahu dia (bank digital) ada di mana, kantornya di mana, pagawainya seperti apa. Mereka yang hidup di Makassar, di Papua, mereka tidak pernah terpikirkan seperti apa kantornya," kata dia dalam acara Jago Bootcamp di Bali, Kamis (28/10/2021).

Piter menjelaskan, digital banking mencakup front end yang dilihat oleh nasabah, back end yang dilihat oleh banker melalui server dan panel control admin mereka dan terakhir middleware yang menghubungkan front end dan back end. Sebagai informasi, middleware merupakan software yang menghubungkan sistem operasi atau basis data dengan berbagai aplikasi yang digunakan nasabah.

Sebuah bank digital, lanjut dia, merupakan bank yang memfasilitasi seluruh fungsi bank dalam layanan platform digital. Bank Digital memiliki seluruh fungsi dari head office, branch office, online service, bank cards, ATM and point of sale machines.

"Dia terkoneksi dalam semua aplikasi yang kita miliki, ada dalam genggaman kita. Dia ada di mana-mana tanpa ada wujudnya. Bisnisnya akan tetap sama, tapi the way dia memberikan layanan akan menjadi digital," ungkapnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya