Krisis Pangan, Kim Jong-un Minta Warga Korut Kurangi Makan hingga 2025

Kim Jong-un mengatakan situasi pemenuhan bahan pangan rakyat sekarang semakin sulit karena sektor pertanian gagal memenuhi rencana produksi biji-bijiannya.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 31 Okt 2021, 18:47 WIB
Foto pada 2015 memperlihatkan Kim Yo-jong bersama sang kakak menginspeksi perusahaan pertahanan Sin Islet ( AFP PHOTO / KCNA)

Liputan6.com, Pyongyang - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un meminta rakyat untuk makan lebih sedikit hingga tahun 2025 dalam upaya memerangi krisis pangan.

Harga pangan melonjak di Korea Utara karena kurangnya pasokan yang tidak mampu memenuhi permintaan masyarakat yang tinggal di negara tersebut.

Kim Jong-un mengatakan situasi pemenuhan bahan pangan rakyat sekarang semakin sulit karena sektor pertanian gagal memenuhi rencana produksi biji-bijiannya.

Kekurangan makanan di Korea Utara telah diperburuk oleh sanksi, pandemi virus corona, dan topan tahun lalu, demikian dikutip dari laman wionews, Jumat (29/10/2021).

Kim Jong-un telah memobilisasi militer untuk melakukan pekerjaan bantuan di daerah-daerah yang baru-baru ini dilanda hujan lebat.

Sebuah sumber mengatakan kepada Radio Free Asia (RFA) bahwa dua minggu lalu, mereka mengatakan kepada pertemuan unit penjaga lingkungan bahwa darurat pangan akan berlanjut hingga 2025.

"Pihak berwenang menekankan bahwa kemungkinan pembukaan kembali bea cukai antara Korea Utara dan China sebelum 2025 sangat tipis."

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Rapat Bahas Situasi Krisis Pangan

Bendera besar Korea Utara ditampilkan selama perayaan ulang tahun ke-73 negara itu di Lapangan Kim Il Sung di Pyongyang, Kamis (9/9/2021). Korea Utara dilaporkan menggelar parade militer pada Kamis dini hari dalam rangka merayakan HUT ke-73. (Korean Central News Agency/Korea News Service via AP)

Komisi Militer Pusat Partai Buruh yang berkuasa mengadakan pertemuan di provinsi timur Hamgyong Selatan untuk membahas situasi berbahaya ini.

Pertemuan itu terjadi di tengah kekhawatiran atas krisis ekonomi akibat sanksi internasional yang bertujuan untuk mengekang program nuklir dan senjatanya.

Pada April 2021, Kim telah mendesak pejabat partai yang berkuasa untuk melakukan kerja dan pengorbanan demi atasi krisis ekonomi.

"Maret yang Sulit" adalah istilah yang diadopsi oleh para pejabat untuk menggalang warga selama kelaparan yang menewaskan sebanyak 3 juta warga Korea Utara setelah jatuhnya Uni Soviet, yang telah menjadi pendukung utama pendiri komunis Pyongyang.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya