Liputan6.com, Jakarta - Di masa pandemi Covid-19, masyarakat kini lebih memilih untuk menggunakan layanan secara online untuk memenuhi berbagai kebutuhan, seperti halnya kebutuhan akses layanan kesehatan dari mulai menebus resep obat secara online, hingga dapat berkonsultasi dengan dokter tanpa harus keluar rumah.
Untuk memudahkan dan meringankan masyarakat dalam mendapatkan obat, apotek online Lifepack menghadirkan program gratis ongkos kirim (gratis ongkir) untuk tebus resep obat, pembelian obat, vitamin, dan suplemen tanpa syarat dan minimum pembelian ke seluruh Indonesia. Program ini berlaku hingga 31 Desember 2021.
Baca Juga
Advertisement
CEO Lifepack & Jovee Natali Ardianto mengungkapkan, program gratis ongkos kirim sudah dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk pemesanan melalui seluruh channel pembelian apotek online Lifepack.
“Program gratis ongkir sudah dimulai sejak awal Oktober 2021. Masyarakat dapat menggunakan promo ini untuk pembelian di seluruh channel Lifepack. Dari mulai tebus resep obat melalui aplikasi Lifepack maupun Whatsapp, hingga pembelian obat tanpa resep dan kebutuhan kesehatan lainnya di website Lifepack.id, serta marketplace Shopee, Tokopedia, Blibli dan Bukalapak," kata Natali dalam keterangan persnya, Kamis (28/10/2021).
Natali menambahkan, promo ongkir ini berlaku tanpa syarat apapun, tanpa minimum transaksi dan berlaku untuk semua produk.
“Program ini kami adakan untuk memberikan kemudahan mengakses layanan kesehatan khususnya pembelian obat bagi masyarakat di seluruh Indonesia. Program promo gratis ongkir ke seluruh Indonesia akan sangat membantu pasien mendapatkan obatnya langsung sampai rumah secara instan untuk Jakarta dan Surabaya. Juga membantu keteraturan minum obat untuk pengidap penyakit kronis seperti kolesterol, diabetes, jantung hingga hipertensi.”
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Fokus membantu pasien mendapatkan obat-obatan dengan mudah
Dikutip dari Buku Analisis Pembangunan Industri Edisi II-2021 berjudul Membangun Kemandirian Industri Farmasi Nasional yang dikeluarkan oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin) disebutkan bahwa, konsumsi obat per kapita Indonesia paling rendah di antara negara-negara ASEAN.
Selain itu, berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan disebutkan, masyarakat yang memiliki penyakit kronis seperti hipertensi masih rendah dalam minum obat rutin.
Masyarakat Indonesia yang memiliki penyakit hipertensi pada usia 18 tahun ke atas mencapai 34.1 persen. Namun demikian, yang sudah terdiagnosa dan minum obat baru 8.8 persen.
Lalu dari 8.8 persen tersebut, yang patuh dalam minum obat rutin hanya sekitar 54.4 persen, sebanyak 32.3 persen tidak rutin minum obat, dan 13.3 persen tidak minum obat sama sekali.
"Fokus kami adalah membantu pasien untuk mendapatkan obat-obatan dengan mudah tanpa perlu antre, serta dapat menjaga kepatuhan minum obat dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia,” lanjutnya.
Advertisement