Liputan6.com, Jakarta - Berbeda dengan Deja Vu, Deja Reve adalah fenomena khusus, berkaitan erat dengan mimpi. Ilmu pasti dibalik Deja Reve tidak sepenuhnya dipahami, ada beberapa penjelasan yang didukung penelitian, serta beberapa teori dair para ahli mimpi tentang apa artinya.
Déjà rêvé adalah frasa Prancis yang diterjemahkan menjadi "sudah bermimpi." Deja Reve sebenarnya dapat mencakup beberapa pengalaman spesifik, tetapi secara umum, pengalaman ini menggambarkan sensasi perasaan seperti Anda memimpikan sesuatu sebelum itu terjadi dalam kehidupan nyata.
Baca Juga
Advertisement
Dilansir mindbodygreen.com, Jumat (29/10/2010), penelitian yang ada sangat terbatas, tetapi menurut satu studi tahun 2010 tentang Deja Reve, mengalaminya adalah hal biasa meskipun hal itu semakin jarang terjadi seiring bertambahnya usia.
Mimpi sering kali tampaknya terkubur jauh di dalam ingatan seseorang, hanya untuk diingat ketika sesuatu dalam kehidupan nyata memicu ingatan itu. Ini mengarah pada perasaan bahwa Anda sudah mengalami Deja Reve sebelumnya.
Dalam studi yang lebih baru dari 2018, para peneliti menemukan bahwa Deja Reve dan ingatan mimpi sebenarnya dapat diinduksi melalui electrical brain stimulation (EBS), menunjukkan bahwa otak kita mungkin memiliki sitem memori khusus untuk menyimpan mimpi.
Menariknya, menurut penelitian 2010, ada bukti bahwa orang yang memiliki 'batas tipis' antara kondisi mental dan terbuka lebar terhadap pengalaman lebih mungkin mengalami Deja Reve dan Deja Vu.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Deja Reve vs Deja Vu
Deja Reve berarti sudah bermimpi, Deja Vu diterjemahkan menjadi sudah terlihat. Deja Vu adalah pengalaman yang lebih umum daripada Deja Reve, sebenarnya sebagian besar orang pernah mengalaminya. Ahli mimpi Leslie Ellis, Ph.D., menjelaskan bahwa para peneliti memiliki pemahaman yang lebih baik tentang fenomena Deja Vu dibandingkan Deja Reve.
"Mereka dengan epilepsi yang mengalami kejang di lobus frontal otak mereka sangat rentan terhadap Deja Vu," kata Ellis. "Para peneliti telah menemukan bahwa ketika dua sirkuit di hippocampus (pusat pemrosesan memori kita) diaktifkan sekaligus kita mendapatkan pengalaman Deja Vu."
Deja Reve sebenarnya adalah istilah umum yang mencakup tiga jenis pengalaman terkait ingatan mimpi yang dapat dialami oleh seseorang. Hal berikut dijelaskan dalam studi yang rilis tahun 2018.
1. Jenis Deja Reve Episodik. Menurut penelitian tersebut, Deja Reve seperti episodik adalah peristiwa munculnya ingatan akan mimpi tertentu. "Pasien secara spontan dapat menentukan bahwa dia memiliki mimpi khusus ini pada tanggal tertentu," tertulis dalam penelitian ini.
2. Kemiripan dengan Deja Reve. Jika jenis Deja Reve episodik terkait dengan mimpi tertentu, Deja Reve jenis kemiripan ini terkait dengan mimpi yang kabur. "Ini adalah kenang-kenangan elemen (karakter, adegan, atau tempat) yang menurut pasien telah dilihatnya dalam mimpi tetapi tidak dapat menghubungaknnya dengan mimpi atau tanggal tertentu," menurut peneliti. Khususnya, Deja Reve jenis episode dan kemiripan ini diinduksi oleh EBS. Sebagian besar terletak di lobus temporal medial yang memainkan peran besar dalam emmori dan emosi.
3. Dreamy state Deja Reve: Sedikit berbeda dari dua jenis sebelumnya, dreamy state Deja Reve menggambarkan pengalaman saat subjek merasa seperti sedang bermimpi. Keadaan saat melamun. "Pasien menggambarkan perasaan seperti dalam mimpi, mengingatkannya pada sensasi (atau keadaan kesadaran) yang mirip dengan mimpi malam," tertulis dalam penelitian. Selanjutnya, keadaan melamun ini diinduksi oleh area EBS yang kurang spesifik, tetapi masih terkait dengan lobus temporal.
Sementara penelitian tahun 2018 hanya dilakukan pada pasien epilepsi, mereka yang menderita epilepsi diketahui melaporkan mengalami Deja Reve selama kejang, tentu saja Anda tentu tidak perlu menderita epilepsi agar bisa mengalami fenomena ini.
Secara keseluruhan, penelitian ini menyimpulkan bahwa Deja Reve adalah hal yang sama sekali berbeda dari Deja Vu dan mungkin mengindikasikan semacam disfungsi lobus temporal. Namun, penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk memahami ingatan mimpi ini dan bagaimana mereka dapat dipicu.
Advertisement
Deja Reve Menurut Ahli Mimpi
Jika Anda adalah seseorang yang percaya pada interpretasi mimpi, gagasan bahwa mimpi entah bagaimana dapat memprediksi masa depan tentu menarik untuk dipertimbangankan.
"Mimpi adalah fenomena saat waktu tidak mengikuti aturan linier ketat dunia nyata," jelas Ellis kepada mbg. "Dalam mimpi, kita sering memiliki campuran masa lalu, sekarang, dan kemungkinan masa depan. Mimpi yang memprediksi masa depan disebut mimpi prekognitif, sepupu dekat dari fenomena Deja Reve."
Ellis sendiri telah mengalami mimpi-mimpi ini dalam praktik klinisnya sendiri, dan dia berkata bahwa dia tetap berpikiran terbuka tentang mimpi-mimpi itu.
"Dalam banyak budaya dan menelusuri sejauh yang dimungkinkan oleh sejarah yang tercatat, mimpi telah dipahami sebagai sumber bimbingan spiritual dari sumber pengetahuan yang jauh lebih besar daripada yang biasanya kita miliki," catatnya, "termasuk informasi tentang kemungkinan kejadian di masa depan."
Salah satu kliennya bersumpah bahwa mereka mengalami mimpi berulang tentang jalan tertentu yang suatu hari muncul dalam kehidupan nyata, membuat kliennya tersebut untuk menghentikan mobil mereka tepat waktu untuk menghindari apa yang mereka yakini akan menjadi kecelakaan fatal.
Penulis: Anastasia Merlinda
Infografis: Kala Insomnia Merusak Kualitas Tidur Anda
Advertisement