PBB: Dunia Habiskan Rp 6 Kuadriliun Setahun buat Subsidi Bahan Bakar Fosil

UNDP meluncurkan kampanye baru yang menyerukan dihentikannya subsidi bahan bakar fosil.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 29 Okt 2021, 19:00 WIB
Proses Pembentukan Bahan Bakar Fosil

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa UNDP mengungkapkan satu fakta mencengangkan. Perihal uang pembayar pajak sebesar USD 423 miliar setara Rp 6 kuadriliun (kurs Rp 14.000 per USD 1) dihabiskan untuk mensubsidi penggunaan bahan bakar fosil setiap tahun, dan mencegah transisi menuju energi yang lebih bersih.

Dikutip dari CNBC, Jumat (29/10/2021) Administrator UNDP, Achim Steiner mengatakan dirinya "sangat khawatir" bahwa dunia berada dalam "momen bersejarah dalam waktu" dengan segala cara untuk mengatasi perubahan iklim, tetapi tidak mengambil keputusan yang diperlukan untuk mewujudkannya.

Hal itu ia sampaikan ketika berbicara tentang peluncuran kampanye barunya, "Jangan Pilih Kepunahan".

Sebuah laporan PBB baru-baru ini mengungkapkan bahwa pemerintah berada di jalur yang tepat untuk memproduksi lebih dari dua kali tingkat bahan bakar fosil pada tahun 2030 daripada yang dibutuhkan untuk menjaga kenaikan suhu global di bawah 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri.

Kampanye baru UNDP yang menyerukan dihentikannya subsidi bahan bakar fosil, disuarakan oleh sejumlah pesohor dunia termasuk Jack Black, Eiza Gonzalez, Nikolaj Coster-Waldau dan Aïssa Maïga. 

Kampanye tersebut, mendesak dunia untuk tidak membuat pilihan yang bisa membuat mereka mengikuti dinosaurus menuju kepunahan.


Penggunaan Uang Pembayar Pajak yang Tidak Efektif

Ilustrasi perubahan iklim (AFP)

"Ada unsur humor dan petualangan di sana, tetapi sebenarnya itu adalah untuk membawa pesan yang sangat penting kepada khalayak yang sangat luas," kata Steiner.

"Ini dimaksudkan untuk menarik minat generasi muda, orang tua, orang-orang yang berpikir bahwa mereka tidak ada hubungannya dengan ini, namun mereka adalah bagian dari ekonomi bahan bakar fosil yang membawa kita ke ambang titik yang tidak bisa dibenahi jika soal perubahan iklim," tambahnya.

Steiner menuturkan bahwa menghabiskan dana sebesar USD 423 miliar setahun untuk subsidi bahan bakar fosil bukanlah penggunaan uang pembayar pajak yang efektif.

"Tetapi sebenarnya, ketika Anda melihat statistik, kenyataan yang menarik adalah bahwa itu adalah sesuatu yang benar-benar bermanfaat, sungguh, bagian masyarakat yang lebih kaya karena mereka adalah pengguna energi yang lebih besar secara tidak proporsional," ujarnya. 

"Jadi, jika Anda tertarik untuk membantu orang yang kekurangan memiliki akses ke energi, bahan bakar, ada cara yang jauh lebih efisien untuk melakukannya dan Anda tidak perlu mendistorsi seluruh ekonomi dengan cara kita saat ini membuat fosil. bahan bakar artifisial lebih murah untuk digunakan," lanjutnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya