Liputan6.com, Menlo Park - Perubahan nama dari Facebook Inc menjadi Meta Platforms Inc., atau Meta secara singkat merupakan penekanan terhadap visi Mark Zuckerberg terhadap metaverse yang dianggap sebagai masa depan internet. Lantas apa yang dimaksud dengan metaverse?
Peristiwa perubahan nama ini mungkin merupakan hal terbesar yang terjadi pada istilah metaverse yang pertama kali diciptakan oleh Neal Stephenson pada novelnya Snow Crash tahun 1992.
Baca Juga
Advertisement
Dilansir AP, Jumat (29/10/2021), Zuckerberg dan tim Meta bukanlah satu-satunya visioner teknologi yang memiliki gagasan tentang bagaimana metaverse terbentuk. Muncul banyak kekhawatiran tentang dunia baru terkait raksasa media sosial ini.
Beberapa khawatir tentang banyaknya akses ke data pribadi yang akan berbahaya jika terjadi kebocoran informasi yang salah secara online.
Mark Zuckerberg sangat ambisius dengan visinya terhadap metaverse ini. Proyek tersebut setidaknya telah menguras biaya yang sangat besar yaitu sebanyak US$ 10 miliar atau sekitar Rp 141,6 triliun.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Apa itu Metaverse?
Konsep metaverse dipopulerkan dalam novel fiksi ilmiah Snow Crash oleh Neal Stephenson, merujuk pada dunia digital yang dapat diakses melalui virtual reality.
Metaverse adalah titik plot yang sering digunakan dalam banyak karya fiksi ilmiah seperti film Matrix (1999) atau yang terbaru Ready Player One (2018).
Metaverse digambarkan di media populer sebagai ranah online yang sepenuhnya imersif, terlihat mirip dengan dunia nyata, tetapi dihasilkan oleh komputer.
Orang dapat bolak-balik antara dunia fisik dan virtual melalui headset VR atau, seperti dalam serial televisi Star Trek: The Next Generation, melalui ruang khusus di mana orang sungguhan dapat berinteraksi dengan hologram yang hidup.
Zuckerberg menggambarkannya sebagai "lingkungan virtual" yang bisa dimasuki, tidak hanya melihat di layar. Pada dasarnya, ini adalah dunia komunitas virtual yang tak berujung dan saling berhubungan di mana orang dapat bertemu, bekerja, dan bermain, menggunakan headset realitas virtual, kacamata augmented reality, aplikasi ponsel cerdas, atau perangkat lain yang mendukung.
Menurut seorang analis yang mengikuti perkembangan teknologi terbaru bernama Victoria Petrock, metaverse juga akan menggabungkan aspek lain dari kehidupan online, seperti belanja dan media sosial.
"Ini adalah evolusi konektivitas berikutnya saat semua hal mulai menyatu dalam alam semesta doppelganger yang mulus, jadi Anda menjalani kehidupan virtual Anda dengan cara yang sama seperti Anda menjalani kehidupan fisik Anda," katanya.
Advertisement
Bagaimana Keadaan Metaverse Saat Ini?
Teknologi saat ini masih belum cukup baik untuk menciptakan dunia virtual yang hidup. Meskipun orang dapat membenamkan diri dalam lingkungan digital melalui headset VR, seperti keluarga perangkat Meta, Oculus.
Beberapa video game saat ini seperti Fortnite memiliki atribut gaya metaverse, di mana pengguna dapat mengarahkan karakter digital yang dapat disesuaikan serta bisa mengobrol dengan pemain lain.
Namun, mereka harus tetap memainkan Fortnite menggunakan perangkat komputasi konvensional seperti PC, smartphone, dan konsol game.
Pada awal 2000-an, startup Linden Lab memulai debut Second Life, semacam permainan yang menyediakan dunia online yang gigih dan dapat diakses melalui komputer.
Pengguna dapat membuat rumah digital, bermain game, dan mengobrol satu sama lain, dan bahkan membeli serta menjual pakaian virtual. Namun, popularitasnya menurun selama bertahun-tahun dengan munculnya smartphone, meskipun masih memiliki basis penggemar yang kecil dan setia.
Apa Visi Zuckerberg Tentang Metaverse?
Zuckerberg mengatakan metaverse adalah evolusi berikutnya untuk jejaring sosial, bergerak melewati profil pengguna statis yang memungkinkan orang hanya memposting komentar dan foto.
Untuk mencapainya, orang perlu memakai headset VR atau kacamata augmented reality yang menempatkan dunia digital ke dunia fisik. Mungkin juga ada hologram manusia hidup yang dipancarkan ke dunia nyata dari sistem proyeksi mutakhir.
“Ketika Anda bermain game dengan teman-teman Anda, Anda akan merasa seperti berada di sana bersama di dunia yang berbeda, tidak hanya di komputer Anda sendiri,” kata Zuckerberg.
“Dan ketika Anda sedang rapat di metaverse, Anda akan merasa seperti berada di ruangan bersama-sama melakukan kontak mata, memiliki rasa ruang yang sama, dan tidak hanya melihat kisi-kisi wajah di layar,” sambungnya.
Arsitek akan dapat menampulkan desain bangunan digital di kantor fisik mereka. Konser juga dapat dilakukan tanpa harus berada di lokasi secara fisik.
Sistem ekonomi baru, berdasarkan cryptocurrency dan koleksi digital yang dikenal sebagai NFT, akan memungkinkan orang membeli serta menjual barang dan jasa.
Advertisement
Ubah Cara Orang Berinteraksi
"Metaverse juga akan mengubah cara orang berinteraksi dengan smartphone atau kacamata AR," ujar Zuckerberg.
Orang akan dapat menggunakan gerakan tangan untuk 'mengatakan beberapa kata atau bahkan membuat sesuatu terjadi dengan memikirkannya'.
Facebook telah meluncurkan perangkat lunak pertemuan untuk perusahaan yang disebut sebagai Horizon Workrooms, digunakan dengan headset Oculus VR. Headset seharga Rp 4,2 juta tersebut dapat membuat pengalaman metaverse paling muktahir di luar jangkauan banyak orang.
"Banyak pengalaman metaverse yang memungkinkan untuk berteleportasi dari satu pengalaman ke pengalaman lainnya," Zuckerberg memungkaskan.
Penulis: Anastasia Merlinda
Infografis Google dan Facebook
Advertisement