Liputan6.com, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperkuat sistem peringatan dini banjir dan longsor dalam tingkat komunitas. Hal ini dilakukan untuk membantu mengambil keputusan kapan masyarakat harus dievakuasi sebelum terjadi bencana.
Kepala BNPB Letjen TNI Ganip Warsito mengatakan, pihaknya hingga saat ini sudah memasang 27 alat peringatan dini untuk membantu masyarakat menghadapi bencana.
Baca Juga
Advertisement
"Hingga saat ini, BNPB telah memasang 27 alat peringatan dini. Alat tersebut akan terus ditambah mengingat luas wilayah dan potensi bencana di Indonesia. Dalam waktu dekat, di beberapa wilayah aliran sungai di Jawa Timur dan Jawa Tengah akan dilakukan penambahan sebanyak 7 alat," ujar Ganip dalam keterangannya, Sabtu (30/10/2021).
Ganip meminta partisipasi semua pihak dalam memitigasi bencana. Menurut Ganip, partisipasi altif dari semua unsur baik pemerintah, lembaga usaha, akademisi, masyarakat, hingga media sangat penting dalam mengurangi risiko bencana hidrometeorologi dampak La Nina.
"Sinergi antara BMKG di hulu dengan BNPB dari sektor hilir dapat meningkatkan kekuatan peringatan dini untuk pengambilan tindakan yang cepat dan tepat dalam rangka mengurangi risiko bencana. Peringatan dini tersebut juga menjadi dasar untuk tindakan tanggap darurat selanjutnya," kata Ganip.
Dia mengatakan, kesiapsiagaan berbasis masyarakat juga perlu dilakukan. Masyarakat dapat secara mandiri memonitor peringatan dini melalui laman BMKG dan informasi daerah berpotensi banjir, banjir bandang, dan tanah longsor sampai level desa melalui https://inarisk2.bnpb.go.id/pencegahan/
"Penetapan jalur evakuasi serta penetapan rambu daerah rawan bencana mutlak harus dilakukan," kata Ganip.
BNPB Imbau Pemerintah Daerah Siaga Hadapi Potensi Bencana Dampak La Nina
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengingatkan pemerintah daerah (pemda) serta masyarakat waspada dan mengantisipasi adanya potensi dampak La Nina di Indonesia. Berdasarkan informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), potensi La Nina di Indonesia dapat terjadi pada Oktober 2021 hingga Februari 2021.
Catatan BNPB, dalam kurun waktu lima tahun terakhir frekuensi bencana yang paling banyak terjadi adalah hidrometeorologi seperti banjir, angin puting beliung, dan tanah longsor.
"Kita sekarang tidak hanya berjuang melawan pandemi saja, tetapi juga bencana lainnya, salah satunya adalah bencana hidrometeorologi," ujar Kepala BNPB Letjen TNI Ganip Warsito dalam keteranganntya, Sabtu (30/10/2021).
Ganip menjelaskan, ada beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai mitigasi dan pencegahan jangka pendek menghadapi dampak La Nina. Pertama dengan memeriksa dan memastikan kesiapan personel, alat, sarana dan prasarana pendukung lainnya.
"Hal tersebut dapat dilakukan dengan menggelar apel kesiapsiagaan oleh segenap komponen di daerah provinsi dan kabupaten atau kota," kata dia.
Pada level daerah, dia meminta menyiapkan rencana kontijensi (renkon) daerahnya masing-masing. BNPB telah menginstruksikan kepada BPBD menyusun renkon dalam menghadapi bencana hidrometeorologi.
"Pemerintah juga dapat menyiapkan status siaga darurat di wilayahnya apabila diperlukan," kata Ganip.
Upaya mitigasi bencana hidrometeorologi jangka pendek dapat dilakukan dengan penanaman vegetasi, pembersihan saluran air, pembenahan tanggul sungai, penguatan lereng, serta optimalisasi penguatan drainase.
Selain itu, Ganip meminta pemerintah daerah khusunya BPBD untuk melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat terkait kesiapsiagaan menghadapi bencana hidrometeorologi.
Advertisement