Nadiem Makarim: Literasi Jadi Cara Hadapi Ujaran Kebencian

Nadiem Makarim mengatakan, keahlian berpikir kritis membantu anak-anak memahami dan menganalisis makna esensial suatu informasi. Hal itu akan mencegah mereka dari percaya berita bohong dan misinformasi.

oleh Yopi Makdori diperbarui 30 Okt 2021, 12:17 WIB
Mendikbud Nadiem Makarim (kiri) saat rapat kerja dengan Komisi X DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (16/11/2020). Rapat membahas evaluasi program belajar dari rumah terkait subsidi kuota internet serta isu-isu kesiapan rekrutmen guru honorer tahun 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim menekankan pentingnya literasi sebagai cara untuk membendung ujaran kebencian di tengah masyarakat yang dinilainya tengah marak.

"Secara global, kita sudah melihat makin maraknya ujaran-ujaran kebencian. Ditambah tekanan akibat Covid-19, rasisme, dan kekerasan. Kita harus beraksi bersama untuk mengatasi tantangan-tantangan ini. Pendidikan, terutama literasi, merupakan strategi yang kuat menghadapi tantangan-tantangan ini," ujar Nadiem dalam keterangan tulis, Sabtu (30/10/2021).

Literasi menurut Nadiem bakal bermuara pada keterampilan berpikir kritis dan penggunaan wadah digital yang etis, terutama di antara anak-anak muda.

Keahlian berpikir kritis membantu anak-anak memahami dan menganalisis makna esensial suatu informasi. Hal itu akan mencegah mereka dari percaya berita bohong dan misinformasi.

"Mereka akan berlatih menggunakan nalar kritis untuk menimbang dan memilah validitas informasi. Ini harus terus jadi prioritas utama kita. Maka, kita harus membangun sistem pendidikan yang mendukung upaya kita mengalahkan ujaran kebencian," tegas Nadiem.


Gerakan Literasi Nasional

Nadiem menjabarkan, sejak 2015 pihaknya terus mengupayakan pengembangan literasi siswa lewat Gerakan Literasi Nasional. Gerakan ini bertujuan menciptakan lingkungan pendidikan yang kuat, baik di sekolah, keluarga, dan kehidupan bermasyarakat.

"Lewat Gerakan Literasi Nasional, kami mendorong sekolah-sekolah untuk memasukkan literasi ke dalam kurikulum. Kami juga bekerja sama dengan klub-klub buku dan komunitas-komunitas untuk menciptakan aktivitas membaca bagi anak-anak. Ini membantu anak mengembangkan daya kritis dan melindungi mereka dari ujaran kebencian," ucap Nadiem.


Isi Tas Siaga Covid-19 Saat Siswa Ikut PTM Terbatas

Infografis Isi Tas Siaga Covid-19 Saat Siswa Ikut PTM Terbatas. (Liputan6.com/Niman)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya