Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, inflasi dampak dari kenaikan harga energi dan gangguan dari suplai menjadi ancaman lambatnya pemulihan ekonomi dunia.
“Pemulihan ekonomi dunia juga terancam oleh dua hal yang lain selain tadi akses vaksin yang tidak merata yaitu terjadinya inflasi kenaikan energi dan distraction dari suplai,” kata Sri Mulyani dalam Keterangan Pers di Roma, secara virtual, Minggu (31/10/2021).
Hal tersebut terjadi kepada negara-negara yang pemulihan yang sangat cepat namun kemudian muncul komplikasi dalam bentuk kenaikan harga energi dan gangguan suplai, artinya waktu permintaan pulih dengan cepat dan kuat, ternyata tidak diikuti dari sisi pasokan.
Baik itu terdiri dari gangguan di pelabuhan sehingga barang-barang tidak bisa diangkut, karena sopirnya ternyata tidak ada. Selain itu juga gangguan suplai berdasarkan bahan baku yang tidak bisa dikirim sehingga barangnya tidak bisa dibuat di dalam manufaktur.
“Juga kenaikan energi yang begitu sangat cepat karena investasi di bidang energi terutama yang nonrenewable itu sudah merosot tajam, dihadapkan pada permintaan terhadap energi yang melonjak akibat pemulihan ekonomi,” jelasnya.
Sehingga ini mendorong inflasi yang tinggi di berbagai negara, tentu menjadi ancaman pemulihan ekonomi global. Oleh karena itu, Indonesia juga perlu tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya pengaruh dari hal itu.
Baca Juga
Advertisement
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Vaksin
Selain dua hal itu, akses vaksin covid-19 yang tidak merata juga menjadi ancaman lambatnya proses pemulihan ekonomi global. Lantaran terjadi kesenjangan antara vaksinasi antara negara maju dan berkembang.
“Pemulihan ekonomi global itu terjadi namun tidak merata dan ketidakmerataan salah salah satu penyebabnya adalah karena akses vaksin yang tidak merata di seluruh dunia,” katanya.
kata Menkeu, hingga kini ada negara-negara yang angka vaksinasinya masih kurang dari 3 persen dari jumlah penduduknya, misalnya di negara-negara seperti Afrika.
“Rata-rata di negara-negara miskin baru 6 persen dari penduduknya sementara negara-negara maju sudah melakukan vaksinasi diatas 70 persen atau bahkan mendekati 100 persen dan mereka sudah melakukan boosting,” ujarnya.
Oleh karena itu, karena covid-19 ini merupakan ancaman nyata terhadap perekonomian dunia, maka di dalam pembahasan G-20 kemarin 30 Oktober 2021, antara Menteri Keuangan dengan Menteri Kesehatan disepakati untuk membangun sebuah mekanisme yang disebut pencegahan pandemi.
Advertisement