Pemilu Nasional Jepang, Partai Berkuasa Diprediksi Kehilangan Banyak Kursi di Parlemen

Tempat-tempat pemungutan suara (TPS) dibuka pada Minggu (31/10) dalam Pemilihan Umum Jepang.

oleh Liputan6.com diperbarui 31 Okt 2021, 13:00 WIB
Mantan Menteri Luar Negeri Fumio Kishida (tengah) bereaksi setelah terpilih sebagai perdana menteri Jepang yang baru di Tokyo, Rabu (29/9/2021). Fumio Kishida memenangkan pemilihan kepemimpinan partai yang memerintah dan menjadi perdana menteri Jepang berikutnya. (STR / JIJI PRESS / AFP)

Liputan6.com, Tokyo - Tempat-tempat pemungutan suara (TPS) dibuka pada Minggu (31/10) dalam Pemilihan Umum Jepang.

Perdana Menteri Fumio Kishida berharap bisa merebut suara masyarakat yang sudah lelah dengan pandemi, dengan menjanjikan berbagai anggaran belanja apabila terpilih, seiring partai konservatifnya yang telah lama berkuasa mencoba membuka lembaran baru.

Kishida menjadi perdana menteri sekaligus pemimpin Partai Demokrat Liberal (LDP) sebulan lalu.

Dia menggantikan Yoshihide Suga mengundurkan diri hanya setahun setelah menjabat, sebagian akibat penilaian buruk publik atas caranya mengatasi krisis pandemi COVID-19.

Menyusul gelombang infeksi yang memecahkan rekor dan mendorong penyelenggaraan Olimpiade Tokyo secara tertutup, kini jumlah kasus telah menurun tajam dan sebagian besar aturan pembatasan pun telah dicabut.

Para pengamat mengatakan meski perkembangan tersebut dapat meredakan rasa frustrasi pemilih, LDP – yang hampir selalu memegang kekuasaan sejak 1950-an – kemungkinan akan kehilangan kursi dan kesulitan untuk mempertahankan mayoritas suaranya di Parlemen Jepang, demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Minggu (31/10/2021).


Kebijakan PM Kishida

Mantan Menteri Luar Negeri Fumio Kishida mengenakan masker saat meninggalkan panggung setelah memenangkan pemilihan kepemimpinan Partai Demokrat Liberal di Tokyo, Rabu (29/9/2021). Kishida menang dalam pemilihan di parlemen menjadi perdana menteri Jepang yang baru. (Carl Court/Pool Photo via AP)

Kishida, yang berusia 64 tahun, telah berjanji untuk mengeluarkan paket stimulus baru senilai puluhan triliun yen untuk mengatasi dampak pandemi di ekonomi ketiga terbesar dunia itu.

Ia juga telah menguraikan rencana untuk mendistribusikan kekayaan secara lebih adil berdasarkan skema yang disebut “kapitalisme baru,” meski rinciannya masih belum jelas.

Meski demikian, sebanyak 106 juta pemilih Jepang “tak terlalu bergairah dengan perdana menteri baru itu,” kata Stefan Angrick, ekonom senior Moody’s Analytics.

“Kishida menghadapi tantangan dengan rendahnya peringkat persetujuan (atau dukungan) dan pihak oposisi yang lebih terkoordinasi. Walau begitu, situasi COVID-19 dan prospek ekonomi yang membaik menjadi faktor-faktor yang menguntungkannya.”

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya