Liputan6.com, Jakarta - Bukan hal baru bagi Meghan Markle untuk membantu sesama. Kali ini, ibu dua anak tersebut menghadiahi para pekerja nonprofit untuk memperjuangkan cuti berbayar di Amerika Serikat.
Dilansir dari People, Minggu, 31 Oktober 2021, Meghan Markle memberikan kartu hadiah dari merek kopi Starbucks senilai 25 dolar AS atau setara Rp355 ribu untuk pekerja nonprofit PL+US. Mereka bekerja memperjuangkan cuti keluarga dan medis berbayar untuk semua orang di Negeri Paman Sam pada 2022.
Kartu hadiah disediakan melalui Meghan Markle dan organisasi nirlaba Pangeran Harry, Archewell Foundation. Direktur komunikasi PL+US Neil Sroka mengunggah tangkapan layar hadiahnya melalui cuitan di Twitter.
Baca Juga
Advertisement
Dalam cuitan itu, ia mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Meghan Markle. "The Duchess of Sussex (alias #MeghanMarkle) membelikan semua orang di @PaidLeaveUS beberapa cangkir kopi sementara kami bekerja lembur untuk #SavePaidLeave," cuitnya.
"Luar biasa berkelas dan diperlukan. Benar-benar merasa terhormat mengetahui dia mendukung kami dalam perjuangan untuk memenangkan #PaidLeaveForAll," lanjutnya.
Awal Oktober 2021, Meghan mengadvokasi cuti berbayar dalam sebuah surat terbuka kepada Ketua DPR Nancy Pelosi dan Pemimpin Mayoritas Senat Chuck Schumer. Surat terbuka itu diterbitkan oleh Paid Leave for All.
"Saya bukan pejabat terpilih, dan saya bukan politisi. Saya, seperti banyak orang, warga negara yang terlibat dan orangtua," tulis Meghan Markle.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Suara Meghan
"Dan karena Anda dan rekan kongres Anda memiliki peran dalam membentuk hasil keluarga untuk generasi mendatang, itulah mengapa saya menulis kepada Anda pada saat yang sangat penting ini -sebagai seorang ibu- untuk mengadvokasi cuti berbayar," jelas Meghan Markle.
Meghan juga menjelaskan, selama 20 bulan terakhir, pandemi telah mengekspos garis patahan yang sudah lama ada di komunitas. Pada tingkat yang mengkhawatirkan, jutaan perempuan keluar dari pekerjaannya, tinggal di rumah bersama anak-anak mereka karena sekolah dan tempat penitipan anak ditutup, dan merawat orang-orang terkasih secara penuh waktu.
"Ibu atau orangtua yang bekerja menghadapi konflik kehadiran atau dibayar. Pengorbanan keduanya harus dibayar mahal," ungkap Meghan.
Advertisement
Dukungan
Meghan ingat tumbuh "di salad bar seharga 5 dolar AS (Rp71 ribu) di Sizzler" karena hanya itu yang mampu dibeli keluarganya. Ketika ia memasuki dunia kerja sendiri dan berjuang untuk membuat "cukup untuk membayar sewa saya dan memasukkan bensin ke dalam mobil saya."
Perempuan berusia 40 tahun ini juga mengakui bahwa dirinya dan Harry cukup beruntung memiliki waktu dan sumber daya untuk dicurahkan kepada putra Archie Harrison dan Lilibet Diana. "Cuti berbayar harus menjadi hak nasional, bukan opsi tambal sulam yang terbatas pada mereka yang majikannya memiliki kebijakan, atau mereka yang tinggal di salah satu dari sedikit negara bagian tempat program cuti ada," ungkap Meghan.
"Jika kita akan membuat era baru kebijakan mengutamakan keluarga, pastikan itu mencakup program cuti berbayar yang kuat untuk setiap orang Amerika yang dijamin, dapat diakses, dan didorong tanpa stigma atau penalti," tambahnya.
Infografis Geger Wawancara Meghan Markle dan Pangeran Harry
Advertisement