Di KTT G20, Jokowi: Kita Harus Beraksi Agar Dunia Tak Jatuh ke Krisis Berkepanjangan

Jokowi mengajak para pemimpin negara G20 melakukan sejumlah upaya untuk mempercepat pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 01 Nov 2021, 08:45 WIB
Presiden Joko Widodo menyampaikan pidatonya pada sesi KTT G20 yang membahas soal ekonomi dan kesehatan global di La Nuvola, Roma, Italia, Sabtu (30/10/2021). (Foto: Sekretariat Negara)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengajak para pemimpin negara G20 melakukan sejumlah upaya untuk mempercepat pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs. Menurut Jokowi, G20 harus beraksi agar dunia tidak terancam jatuh ke dalam krisis berkepanjangan.

"Kita harus segera beraksi agar dunia tidak terancam jatuh ke dalam krisis berkepanjangan. Kita G20 harus melakukan sejumlah upaya bersama untuk memastikan SDGs tercapai sesuai target, 9 tahun lagi," kata Jokowi saat berpidato pada sesi KTT G20 yang membahas tentang pembangunan berkelanjutan di La Nuvola Roma Italia, Minggu, 31 Oktober 2021.

Ada tiga upaya bersama yang diusulkan Jokowi untuk mempercepat pencapaian SDGs. Pertama, menggalang solidaritas untuk membantu negara dan masyarakat yang paling rentan.

Jokowi menilai inisiatif debt service suspension serta tambahan alokasi SDR senilai USD650 miliar menjadi langkah penting untuk memberi ruang kebijakan bagi negara berpendapatan rendah dan menengah untuk berkonsentrasi melawan pandemi.

Kedua, memperkuat kemitraan global untuk membantu pendanaan dan akses teknologi bagi negara berkembang. Financing gap yang melebar dari USD2,5 triliun per tahun menjadi USD4,2 triliun per tahun, harus menjadi perhatian serius.

"Mobilisasi pembiayaan inovatif untuk menutup gap pendanaan SDGs, termasuk melalui blended finance harus segera dilakukan. Peningkatan investasi swasta yang berkelanjutan harus didorong untuk menggerakkan kembali roda perekonomian dan menciptakan lapangan kerja di negara berkembang," jelasnya.

Ketiga, meningkatkan kemampuan adaptasi dan ketangguhan terhadap guncangan dan ketidakpastian masa depan. Terutama, di sektor kesehatan, kapasitas fiskal, serta kapasitas perencanaan dan implementasi pembangunan.

PBB mencatat, setidaknya 8 negara berada di tingkat risiko sangat tinggi dan 40 negara risiko tinggi bagi lost generation, terutama karena menurunnya kesempatan belajar dan lapangan pekerjaan.


Pastikan Tak Ada Lost Generation

Menurut Jokowi, Indonesia telah mengembangkan kebijakan yang meningkatkan adaptasi sektor pendidikan dan memberikan perlindungan sosial bagi mereka yang paling rentan dan kehilangan pekerjaan.

"Namun banyak negara lain yang menghadapi risiko tinggi. G20 harus bekerja sama membantu mereka memastikan tidak ada lost generation. Hanya dengan demikian, kita dapat pulih bersama menuju masa depan yang lebih baik tanpa meninggalkan siapapun," ujar Jokowi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya