Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini, sebuah laporan dari The Finacial Times mengungkap, Facebook, Snapchat, Twitter, dan YouTube kehilangan pendapatan sekitar USD 9,85 miliar atau sekitar Rp 140 Triliun di paruh kedua 2021.
Hal ini terjadi karena Apple melakukan perubahan besar terhadap praktik privasi pengguna yang dijalan dengan memperkenalkan fitur App Privacy Report.
Advertisement
Informasi, kebijakan Transparansi Pelacakan Aplikasi (App Tracking Transparency, ATT) ini mengharuskan pembuat aplikasi meminta izin informasi apa saja yang diakses dan dibagikan ke aplikasi/layanan pihak ketiga.
Adapun kebijakan tersebut sudah mulai diberlakukan pada bulan April, melarang aplikasi melacak pengguna jika mereka memilih untuk tidak mengizinkan.
Menurut laporan tersebut via The Verge, Senin (11/1/2021), Facebook adalah perusahan paling banyak kehilangan uang karena kebijakan baru Apple ini.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Facebook Paling Terkena Dampak
Beberap pihak mengatakan, media sosial buatan Mark Zuckerberg itu diperkirakan kehilangan pendapatan sebesar USD 8,3 miliar pada paruh kedua tahun 2021.
“Beberapa platform yang paling terkena dampak – tetapi terutama Facebook – harus membangun kembali mesin mereka dari awal sebagai akibat dari ATT,” kata konsultan adtech, Eric Seufert kepada FT.
“Saya yakin dibutuhkan setidaknya satu tahun untuk membangun infrastruktur baru. Tools dan frameworks baru perlu dikembangkan dari awal, dan diuji secara ekstensif sebelum diterapkan ke banyak pengguna.”
Advertisement
Apple Kehilangan Rp 85 Triliun
Di sisi lain, pendapatan Apple di kuartal empat 2021 tak sebesar yang diprediksikan, meski angkanya tetap tumbuh dibanding periode sebelumnya. CEO Apple Tim Cook menyebut hal ini terkait dengan kendala pasokan dari iPhone, iPad, dan Mac.
"Kami memiliki kinerja yang sangat kuat meskipun kendala pasokan lebih besar dari yang diperkirakan. (Kerugian) karena pasokan kami perkirakan sekitar USD 6 miliar (setara Rp 85 triliun)," kata Tim Cook, dikutip dari CNBC, Jumat (29/10/2021).
Menurut Tim Cook, kendala dari pasokan didorong terjadinya kelangkaan chip di seluruh industri. Selain itu juga terganggunya manufaktur di Asia Tenggara karena Covid.
(Ysl/Isk)