Liputan6.com, Jakarta - Tempe mendoan resmi diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb). Penetapannya mengacu pada hasil Sidang Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2021 oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi.
"Mendoan akhirnya terdaftar sebagai WBTb kategori 'Keterampilan dan Kemahiran Kerajinan Tradisional' setelah mengalami perjalanan panjang. Proses pengusulannya dilakukan sejak 2020," kata Kepala Seksi Nilai Tradisi Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Banyumas Mispan, lapor Antara, Senin (1/11/2021).
Sajian yang namanya berasal dari bahasa Jawa "mendo," yang berarti setengah matang, ini merupakan kuliner khas Banyumas, Jawa Tengah. Telah melekat kuat dengan kultur makan setempat, berikut sejumlah fakta menarik tempe mendoan seperti dilansir dari berbagai sumber.
Baca Juga
Advertisement
1. Asal-mula
Ahmad Tohari, penulis sekaligus budayawan dari Banyumas mengatakan bahwa mendoan ditemukan saat proses membuat keripik tempe. Dalam proses menggoreng keripik, tempe digoreng setengah matang.
Baru setelah dingin, tempe digoreng lagi. Tohari yang pernah tinggal di dekat sentra keripik tempe di Purwokerto mengaku kini camilan itu kalah pamor dari mendoan.
2. Terbuat Bukan dari Tempe Biasa
Tohari menyambung, tempe yang digunakan sebagai mendoan tidak padat seperti tempe biasa. Tempe dibuat jadi lembaran tipis dan lebar, serta dibungkus menggunakan daun pisang. Tempe jenis ini biasanya digunakan untuk membuat keripik tempe dan mendoan.
3. Bahan Adonan
Adonan tepung tempe mendoan pun bukan menggunakan tepung terigu, melainkan tepung beras. Warna kulit mendoan khas Banyumas berwarna putih tanpa campuran pewarna.
4. Pendamping Tempe Mendoan
Tohari menjelaskan, mendoan khas Banyumas biasa dimakan dengan cabai rawit mentah sebagai pendamping. Namun seiring waktu, penyajiannya pun divariasikan dengan saus kecap dengan irisan cabai dan bawang merah.
Advertisement
5. Pernah Menarik Ribuan Orang
2015 lalu, ribuan orang memadati Festival Mendoan pertama yang digelar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyumas. Melansir merdeka.com, festival yang digelar di dekat Alun-Alun Purwokerto itu diikuti sekitar 44 peserta yang mewakili beberapa wilayah.
Bupati Banyumas kala itu, Achmad Husein, mengatakan acara tersebut dilaksanakan untuk memopulerkan kembali dan meningkatkan rasa memiliki terhadap mendoan. Anindya, seorang warga yang datang ke acara tersebut, menyebut mendoan merupakan makanan wajib masyarakat Banyumas.
"Semua orang di Banyumas pasti makan mendoan, dan ini makanan wajib yang bisa ditemui di mana saja," ujarnya.
6. Kontroversi Hak Perorangan Merek Mendoan
Festival mendoan terselenggara setelah kontroversi hak perorangan merek mendoan mencuat di tahun tersebut. Dilaporkan bahwa seorang warga Sokaraja mematenkan merek mendoan di Ditjen Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham).
Pihak Kemenkumham mengesahkan merek dagang mendoan tersebut pada 2010 hingga 2018 pada Fudji Wong. Dalam suatu kesempatan, Fudji menyebut siap jika hak merek dagang mendoan diminta Pemkab Banyumas.
Kalau enggak sempet masak sendiri, yuk PO saja di ManisdanSedap, banyak masakan rasa rumahan yang pas buat lauk makan siangmu. Berasa dimasakin ibu.
Infografis Diplomasi Lewat Jalur Kuliner
Advertisement