KTT G20 di Roma Gagal? Ini Kata Pakar Global

KTT G20 menuai kekecewaan dari pakar global.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 01 Nov 2021, 16:30 WIB
Pelaksanaan puncak acara G20 di Roma, Italia (Sumber: Facebook Sri Mulyani)

Liputan6.com, Roma - KTT G20 baru saja digelar di Roma pada 30-31 Oktober 2021. Sejumlah pakar ternyata skeptis pada ajang internasional tersebut. 

Pakar dari Brooking Institute berkata KTT G20 gagal menjadi jembatan bagi rivalitas yang terjadi. 

"Dunia semakin terbelah," ujar Thomas Wright, direktur Center on the United State and Europe di Brookings Institution, seperti dikutip Los Angeles Times, Senin (1/11/2021).

"Kita melihat perbedaan antara negara-negara otoriter dan konstelasi negara-negara demokrasi," ujarnya. Rivalitas yang Wright sorot adalah antara Amerika Serikat dan China.

Sebelumnya ,Centre for Strategic and International Studies (CSIS) juga merilis kolom bahwa G20 ini tidak siap untuk menghadapi tantangan-tantangan terkini. Masalah antara AS-China kembali menjadi pengganjal. Presiden Xi Jinping pun tak ikut ke Roma. 

"Liberasi dagang adalah kunci pendorong kesejahteraan pasca-Perang Dunia Dua. Tetapi dukungan perdagangan terbuka masih kurang antusias dan G20 tidak menawarkan perubahan," tulis Mark Sobel, Senior Adviser Program Ekonomi di CSIS.

Masalah lain yang disorot adalah AS yang masih tak minat masuk Trans-Pacific Partnership (TPP), masalah World Trade Organization (WTO) yang terbengkalai, serta naiknya nasionalisme dan isu supply chain. G20 di Roma lantas dinilai mencerminkan realita global yang membuat putus asa.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


China Bahas Taiwan

Presiden Jokowi menghadiri KTT G20 sesi II dengan topik perubahan iklim, energi dan lingkungan hidup, Roma, 31 Oktober 2021. (Biro Pers Sekretariat Presiden)

Di KTT G20, China memilih membawa isu kemerdekaan Taiwan. Menurut analisis media pemerintah China, Global Times, pertemuan antara Menlu China Wang Yi dan Menlu AS Tony Blinken juga tegang. 

Wang Yi menegaskan bahwa Taiwan adalah masalah yang sensitif. 

"Pertanyaan Taiwan adalah masalah paling sensitif antara China dan AS, dan jika pertanyaan tak ditangani dengan baik, itu akan membawa kerusakan subversif pada hubungan keseluruhan China-AS," ujar Wang Yi. 

Pemerintah AS telah secara tegas membela kepentingan demokrasi Taiwan. Sementara, China menuding ikut campur ke urusan dalam negeri. 

Meski Taiwan adalah isu penting bagi China, isu geopolitik Taiwan justru tak dibahas pada deklarasi pemimpin KTT G20.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya