Laba Bersih Saudi Aramco Melonjak 158 Persen

Saudi Aramco menuturkan peningkatan laba bersih terjadi karena lonjakan harga minyak mentah.

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Nov 2021, 15:06 WIB
Ilustrasi fasilitas minyak Aramco Arab Saudi (Creative Commons / Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Raksasa minyak Arab Saudi Aramco mencatat kenaikan laba bersih 158 persen menjadi USD 30,4 miliar  atau Rp 433,7 triliun (estimasi kurs Rp 14.168 per dolar AS) pada kuartal III 2021. Kenaikan laba bersih Saudi Aramco seiring pembukaan kembali ekonomi global serta melonjaknya harga minyak dan gas.

Realisasi laba bersih Saudi Aramco ini melampaui harapan analis yang memproyeksikan laba bersih sekitar USD 29,1 miliar atau Rp 412,2 triliun.Perusahaan minyak Arab Saudi ini melaporkan perolehan laba bersih senilai USD 11,8 miliar, setara Rp167,1 triliun pada kuartal III 2021.

"Kinerja kuartal III kami (perusahaan) yang luar biasa adalah hasil dari peningkatan aktivitas ekonomi di pasar utama dan rebound permintaan energi,” ungkap Presiden dan CEO Saudi Aramco Amin Nasser pada Minggu, 31 Oktober 2021, dilansir dari laman CNBC, Senin (1/11/2021).

Nasser menambahkan masih terdapat beberapa hambatan pada ekonomi global. Kondisi itu disebabkan oleh rantai pasokan yang terhambat. Walaupun begitu, Saudi Aramco tetap optimistis permintan energi akan tetap sehat pada masa mendatang.

Saudi Aramco menuturkan peningkatan laba bersih terjadi karena lonjakan harga minyak mentah. Yang mana permintaannya lebih tinggi daripada volume yang tersedia.

Faktor lainnya adalah penguatan margin penyulingan dan bahan kimia pada kuartal III. Pulihnya permintaan energi global dan peningkatan aktivitas ekonomi di pasar-pasar utama memberi keuntungan besar bagi perusahaan.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Umumkan Dividen

Ilustrasi dividen (Photo by Gerd Atlmann on Pixabay)

Harga minyak mentah WTI melejit di atas USD 85 dalam beberapa minggu terakhir. Pergerakan ini sudah tidak terlihat sejak 2014, karena pasar mengalihkan fokus dari pemulihan permintaan ke arah kelangkaan pasokan.

Sementara nilai gas alam naik drastis sebanyak 130 persen pada 2021. Artinya krisis energi global akan lebih cepat dirasakan pada kuartal IV.

Aramco juga mengumumkan dividen signifikan sebesar USD 18,8 miliar, setara Rp266,3 triliun yang akan dibayarkan pada kuartal IV. Arus kas yang besar senilai USD 28,7miliar  atau Rp406,6 triliun mampu menutupi pembayaran dividen tersebut. Pencapaian arus kas pun mengalami kemajuan sebanyak USD 12,4 miliar, setara Rp175,6 triliun dari periode sama pada 2020.

Gearing, ukuran posisi utang perusahaan turut mengalami pertumbuhan menjadi 17,2 persen dari 23 persen jatuh tempo akibat tingginya harga minyak dan arus kas yang lebih kuat.


Rencana Investasi

Saudi Aramco

Aramco pun mengumumkan rencana investasi perusahaan untuk masa depan dengan belanja modal sebanyak USD 7,6 miliar atau Rp107,6 triliun dari pendapatan kuartal III. Hal ini menunjukkan peningkatan 19 persen dibandingkan periode sama pada tahun lalu. Perusahaan memproyeksikan belanja modal 2021 mencapai USD 35 miiar atau setara Rp495,8 triliun.

Hasil mengkonfirmasi kuartal terbesar terjadi di “Big Oil,” istilah yang digunakan untuk merujuk pada perusahaan minyak dan gas terbesar di dunia. Perusahaan minyak utama AS ExxonMobil dan Chevron juga diuntungkan dari kenaikan harga. Perusahaan melaporkan laba yang melonjak ke level tertinggi multi-tahun pada kuartal tersebut.

Royal Dutch Shell pun mencatat rekor arus kas. TotalEnergies tidak ketinggalan mengalami peningkatan tajam dalam kinerja.


Keuntungan dan Tekanan

(Foto: Ilustrasi laporan keuangan. Dok Unsplash/Lukas Blazek)

Kinerja laba bersih besar datang ke sektor minyak mentah bersamaan dengan pengawaan yang ketat dari para aktivis atas ambisi perubahan iklim.

Aramco dan UEA Adnoc meluncurkan insiatif iklim beberapa hari menjelang KTT iklim (COP26). Berbarengan dengan rencana investasi guna meningkatkan produksi minyak pada tahun-tahun mendatang.

"Saya pikir kebanyakan orang setuju perubahan iklim merupakan salah satu tantangan terbesar yang dihadapi masyarakat. Perusahaan membutuhkan transisi yang tidak tanpa mengabaikan petrokimia sebagai bahan penting bagi kehidupan modern , seperti gawai,” tulis Chairman Aramco Yasir Al-

Aramco bertujuan untuk mencapai emisi nol bersih dari operasi yang dimiliki sepenuhnya pada 2050. Raksasa minyak Arab pun secara bersamaan berencana meningkatkan produksi minyak hingga 13 juta barel per hari pada 2037.

Sementara itu, janji dari Arab Saudi untuk investasi hampir USD 190 miliar  demi mencapai emisi nol bersih pada 2060. Langkah tersebut menerima pujian dan skeptisisme dari pengamat industri minyak.

“Kenyataannya adalah transisi energi akan panjang dan kompleks. Oleh oleh karena itu minyak dan gas akan terus memainkan peran kunci,” komentar Al-Rumayyan tentang krisis energi dan kaitannya dengan transisi energi.

Al-Rumayyan menuturkan, gangguan energi di seluruh dunia merupakan bukti perlunya transisi energi yang stabil dan inklusif. Perusahaan minyak khususnya Aramco memerlukan transisi yang dapat menyediakan pasokan energi yang andal, terjangkau, dan biaya rendah.

Aramco mengutarakan akan segara memberi tahu rincian lebih lanjut tentang bagaimana rencana navigasi transisi energi dan mencapai strategi nol bersih. Detail tercantum dalam Laporan keberlanjutannya yang akan keluar pada kuartal II pada 2022.

“Kami sepenuhnya menyadari bahwa perjalanan kami masih panjang, dan perjalanan itu tidak akan mudah. Kami yakin bahwa kami dapat memenuhi tantangan dan memberikan kepemimpinan, keahlian, dan alat untuk mendukung kemajuan global menuju masa depan rendah emisi,” tutur Al-Rumayyan.

 

 

Reporter: Ayesha Puri

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya