Liputan6.com, Addis Ababa - Perdana Menteri Ethiopia telah meminta para pendukungnya untuk memperbesar upaya mereka dalam perang saudara di negara itu, ketika pasukan pemberontak mengklaim telah merebut kota-kota utama yang mengendalikan jalan raya utama menuju ibu kota.
Pergerakan di ibu kota, Addis Ababa, menandakan fase baru dalam perang yang telah menewaskan ribuan orang sejak pertempuran pecah hampir setahun lalu antara pasukan pemerintah Ethiopia dan pasukan Tigray di wilayah utara negara itu.
Baca Juga
Advertisement
Juru bicara perdana menteri, Billene Seyoum, belum tersedia untuk dimintai keterangan tentang keberadaan atau rencana perjalanan pemimpin pemerintah saat ini, seperti dikutip dari Arab News, Selasa (2/11/2021).
Perdana Menteri, Abiy Ahmed dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu mengatakan pasukan federal berperang di empat front melawan pasukan Tigray dan mengatakan bahwa "kita harus tahu bahwa kekuatan utama musuh kita adalah kelemahan dan ketidaksiapan kita."
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Perkiraan Perang Dapat Mencapai Wilayah Oromo
Pasukan Tigray akhir pekan ini mengatakan mereka siap untuk secara fisik terhubung dengan kelompok bersenjata lain, Tentara Pembebasan Oromo, yang pernah menyerang aliansi bersama pada awal tahun ini.
Pasukan Tigray sekarang mengklaim menguasai kota-kota utama Dessie dan Kombolcha, meskipun pemerintah federal membantah klaim ini.
Pertempuran itu bisa mencapai wilayah Oromo yang bertetangga dengan Addis Ababa. Etnis Oromo pernah memuji Abiy sebagai perdana menteri Oromo pertama di negara itu, tetapi ketidakpuasan sejak itu muncul dengan pemenjaraan para pemimpin etnis yang blak-blakan.
Lalu, pada hari Minggu, pemerintah wilayah Amhara, di mana pertempuran telah difokuskan sejak pasukan Tigray merebut kembali sebagian besar wilayah mereka sendiri pada bulan Juni, memerintahkan hampir semua lembaga pemerintah untuk menghentikan kegiatan rutin mereka dan bergabung dengan upaya perang. Selain itu juga melarang sebagian besar kegiatan di kota-kota besar dan kecil setelah jam 8 malam.
Pasukan Tigray mengatakan mereka menekan pemerintah Ethiopia untuk mencabut blokade selama berbulan-bulan di wilayah mereka yang berpenduduk sekitar 6 juta orang. Para pemimpin Tigray lama mendominasi pemerintah nasional sebelum Ahmed menjabat pada 2018.
Reporter: Cindy Damara
Advertisement