Cara Jokowi Pakai Jas di KTT G20 Jadi Sorotan, Bagaimana Aturan yang Benar Memakainya?

Setelan jas abu-abu Jokowi di KTT G20 dinilai membuatnya lebih menonjol dibanding pemimpin dunia lainnya.

oleh Asnida Riani diperbarui 01 Nov 2021, 20:26 WIB
Pada sesi foto bersama, Presiden Joko Widodo berada di barisan depan tengah, bersama troika lainnya yaitu Italia dan Arab Saudi. (Foto: Sekretariat Negara)

Liputan6.com, Jakarta - Kontras dari pemimpin dunia lain, Presiden Joko Widodo (Widodo) tampil dalam balutan jas abu-abu saat menghadiri KTT G20 di La Nuvola Roma, Italia, Minggu, 31 Oktober 2021. Berada di barisan depan pada sesi foto bersama, detail tampilan mantan Gubernur DKI Jakarta ini pun jadi sensasi online.

Sebagian warganet terpukau pada pemilihan warna jas Jokowi yang berbeda dari kebanyakan pemimpin dunia, yang sebagian besar bersetelan jas hitam maupun biru gelap. Siluetnya yang fit body dan pemilihan material terkesan mewah jadi poin lain yang tidak kalah mencuri atensi.

"(Jas berwarna abu) kayak sesuatu yang dipersiapkan untuk jadi point of interest karena umumnya acara resmi begini enggak jauh dari hitam dan biru dongker," komentar seorang pengguna Twitter.

Di tengah kekaguman itu, ada pula yang mengomentari cara Jokowi memakai jas. Pasalnya, di sesi foto bersama, pria 60 tahun tersebut tampak mengancingkan kancing bagian bawah jasnya. Ini dinilai sebagai "bendera merah" oleh sebagian penghuni jagat maya.

Dalam memakai setelan jas, memang ada beberapa "aturan tidak terucapkan." Melansir The Manual, Senin (1/11/2021), sederet ketentuan itu termasuk memakai ikat pinggang relatif tipis dan berwarna sama dengan sepatu yang dikenakan.

Kemudian, warna dasi harus selalu lebih gelap dari kemeja. Jika mengenakan rompi, selalu buka kancing bagian bawah. Aturan ini juga berlaku pada pemakaian jas, yaitu diminta jangan pernah mengancingkan kancing bagian bawahnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Aturan Lain Memakai Jas

Pada sesi foto bersama, Presiden Joko Widodo berada di barisan depan tengah, bersama troika lainnya yaitu Italia dan Arab Saudi. (Foto: Sekretariat Negara)

Aturan lain dalam memakai jas adalah selalu buka kancing jas sebelum duduk, jika tidak, pemakai berisiko merusaknya. Lalu, selalu lepaskan jahitan pada ventilasi dan label di lengan kiri sebelum mengenakan setelan baru.

Jangan pernah melepas jahitan saku jaket dan jangan pernah menggunakan saku jas sebagaimana kantong baju pada umumnya. Pasalnya, bagian ini dapat dengan mudah renggang dan berakibat melengkungkan seluruh setelan.

Lebar dasi juga harus sesuai lebar kerah kemeja. "Dasi Anda seharusnya hanya mencapai ikat pinggang celana atau bagian atas ikat pinggang," imbuh mereka.

Jas juga harus cukup panjang untuk menutupi ritsleting. Pastikan kaus kaki yang dipakai cukup panjang sehingga tidak ada kulit yang terbuka saat duduk. Hockerty menambahkan, lengan kemeja merupakan bagian integral untuk membuat pemakai jas terlihat rapi.

Inilah sebabnya pemakai jas harus memastikan bahwa lengan kemeja memiliki panjang yang tepat. Idealnya, seperempat inci lengan baju akan muncul dari bawah lengan jaket jas.


Capai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

Presiden RI Joko Widodo atau Jokowi dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bertemu di sela acara KTT G20 di Italia. (Foto: Sekretariat Presiden)

Terlepas dari setelan jasnya yang menarik perhatian, kanal News Liputan6.com melaporkan, di kesempatan itu, Jokowi mengajak para pemimpin negara G20 melakukan sejumlah upaya guna mempercepat pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SGDs). Menurut Jokowi, G20 harus beraksi agar dunia tidak terancam jatuh ke dalam krisis berkepanjangan.

"Kita G20 harus melakukan sejumlah upaya bersama untuk memastikan SDGs tercapai sesuai target, sembilan tahun lagi," kata Jokowi saat berpidato pada sesi KTT G20 yang membahas tentang pembangunan berkelanjutan di La Nuvola Roma Italia, Minggu, 31 Oktober 2021.

Ada tiga upaya kolektif yang diusulkan Jokowi terkait ini. Pertama, menggalang solidaritas untuk membantu negara dan masyarakat paling rentan. Jokowi menilai inisiatif debt service suspension, serta tambahan alokasi SDR senilai 650 miliar dolar AS jadi langkah penting untuk memberi ruang kebijakan bagi negara berpendapatan rendah dan menengah untuk berkonsentrasi melawan pandemi.

Kedua, memperkuat kemitraan global untuk membantu pendanaan dan akses teknologi bagi negara berkembang. Kesenjangan finansial yang melebar dari 2,5 triliun dolar AS per tahun jadi 4,2 triliun dolar AS per tahun digarisbawahi sebagai masalah serius.

"Mobilisasi pembiayaan inovatif untuk menutup gap pendanaan SDGs, termasuk melalui blended finance harus segera dilakukan. Peningkatan investasi swasta yang berkelanjutan harus didorong untuk menggerakkan kembali roda perekonomian dan menciptakan lapangan kerja di negara berkembang," jelasnya.

Ketiga, meningkatkan kemampuan adaptasi dan ketangguhan terhadap guncangan dan ketidakpastian masa depan. Ini terutama di sektor kesehatan, kapasitas fiskal, serta kapasitas perencanaan dan implementasi pembangunan.


Infografis 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan

Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya