Liputan6.com, Glasgow - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mendorong adanya kinerja nyata untuk melawam dampak krisis perubahan iklim yang terjadi. Hal yang ia sorot terkait batu bara, mobil, hingga uang tunai.
PM Boris Johnson berkata masyarakat dunia harus bertindak cepat untuk mencegah dampak perubahan iklim yang bisa berdampak signifikan di masa yang akan datang.
Baca Juga
Advertisement
"Jika kita tidak serius tentang perubahan iklim hari ini, akan terlambat bagi anak-anak kita untuk melakukannya besok," ujar PM Johnson di acara COP26, dikutip Selasa (2/11/2021).
“Kita harus beralih dari pembicaraan, debat, dan diskusi ke aksi nyata di dunia nyata terkait batu bara, mobil, uang tunai, dan pohon," lanjutnya.
Sebagai salah satu langkah nyata, Inggris menambahkan komitmen International Climate Finance menjadi 11,6 miliar pound sterling selama lima tahun pada tahun 2019, dan pengumuman baru Perdana Menteri hari ini akan meningkatkan jumlah dana menjadi 12,6 miliar pound sterling, salah satu pendanaan tertinggi di dunia, jika ekonomi tumbuh sesuai perkiraan.
Momen Penting
Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins mengatakan bahwa kita berada pada momen “berhasil atau gagal” terkait nasib planetBumi. Ia menjelaskan kenaikan suhu rata-rata global sebesar 2,7 derajat juga akan menjadi bencana bagi Indonesia.
“KTT Perubahan Iklim COP26 di Glasgow adalah kesempatan terakhir dan terbaik kita untuk membatasi kenaikan itu hingga 1,5 derajat celsius. Belum sepenuhnya baik, namun ini adalah skenario terbaik yang bisa dicapai, setidaknya ini adalah skenario yang tidak terlalu buruk," ujar Dubes Owen dalam keterangan resmi Kedutaan Besar Inggris di Jakarta.
"Indonesia memiliki peran besar untuk dimainkan, dan saya tahu Indonesia telah datang ke Glasgow untuk melanjutkan kepemimpinan iklimnya. Kita semua perlu membuat komitmen yang jelas agar dunia terhindar dari bencana iklim, dan menyiapkan rencana terperinci untuk mewujudkan perubahan yang perlu kita buat,” ucap Dubes Owen.
KTT iklim COP26 diadakan enam tahun setelah Perjanjian Paris ditandatangani oleh lebih dari 190 negara untuk membatasi kenaikan suhu global di bawah 2 derajat celsius, dengan harapan hanya mencapai 1,5 derajat celcius. Menurut PBB, suhu global saat ini diperkirakan akan meningkat menjadi 2,7 derajat celcius yang dikhawatirkan memberikan dampak serius ke Bumi.
Advertisement