BKN Ungkap Makassar Rawan Kecurangan Seleksi CPNS, Sejak Manual hingga Berbasis Teknologi

Selain menggunakan teknologi artificial intelligence (AI) untuk pra analitik proses seleksi CPNS, BKN juga melakukan face recordnation usai seleksi.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Nov 2021, 18:00 WIB
Peserta memvalidasi data diri sebelom mengikuti proses Tes Standar Kompetensi Dasar (SKD) CPNS di BKN, Jakarta, Kamis (2/9/2021). Sebanyak 800 peserta mengikuti tes yang dibagi dua sesi dan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Kepegawaian Negara (BKN) mengungkapkan bahwa Makassar menjadi wilayah yang paling rawan kecurangan dalam pelaksanaan seleksi CPNS dan PPPK Non Guru. Kecurangan terjadi sejak dulu saat seleksi manual hingga sekarang yang sudah berbasis teknologi.

"Tapi bicara dari pengalaman saat ini, baik dari fisik atau dari sebelumnya, Makassar ini paling rawan karena dulu belum online," kata Deputi Bidang Sistem Informasi Kepegawaian BKN, Suharmen, dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa, (2/11/2021).

Suharmen bercerita, saat proses seleksi masih dilakukan secara manual, pernah ditemukan praktik perjokian. Para pelaku yang ketahuan pun lantas ditangkap dan diamankan kepada pihak kepolisian.

Ketika seleksi dilakukan secara online pun tak lantas menutup praktik perjokian. Saat pendaftaran seleksi peserta yang hadir merupakan peserta tes CPNS aslinya. Namun saat ujian dimulai, orang yang mengerjakan soal bukanlah peserta.

"Pernah terjadi yang mendaftar ini peserta, tapi yang masuk ruang tempat ujian orang yang berbeda," kata dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Terobosan

CPNS melihat nilai sementara SKD di ruang tunggu di Kantor BKN Pusat, Jakarta, Senin (27/1/2020). Tes SKD CPNS Tahun Anggaran 2019 diselenggarakan 27 Januari hingga 28 Februari 2020 dengan jumlah peserta memenuhi syarat (MS) untuk mengikuti SKD 3.364.868 orang. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Untuk itu, BKN melakukan terobosan inovasi dengan teknologi perekaman wajah (face recordnation) sejak pendaftaran, hingga pelaksanaan ujian. Kamera yang ada di komputer digunakan untuk memastikan peserta mengerjakan sendiri soal-soal ujian.

"Makanya di PC yang digunakan web kameranya aktif, kalau tidak aktif, ini tidak bisa digunakan seleksi," kata Suharmen.

Selain menggunakan teknologi artificial intelligence (AI) untuk pra analitik proses seleksi, pihaknya juga melakukan face recordnation usai seleksi. Hal ini dilakukan untuk mengurangi risiko tindak kecurangan yang dilakukan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

"Ini langkah antisipasi yang kami lakukan untuk menghindari perjokian," kata dia mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya