Liputan6.com, Jakarta - Secara umum, pestisida dikenal sebagai bahan yang bermanfaat dalam keberlangsungan tanaman di bidang pertanian dan perkebunan. Fungsi utamanya meminimalisir kehadiran Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang dapat menurunkan hasil panen atau kualitas tanaman.
"Pestisida ini menghilangkan hama dari yang tidak kasatmata, seperti jamur, maupun yang terlihat. Tikus, misalnya," kata Dr. Desak Gede Sri Andayani dari Loka Penelitian Teknologi Bersih dalam webinar Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Talk to Scientists "Tanaman Hias dan Peluang Inovasi di Masa Pandemi," Selasa, 2 November 2021.
Dalam perkembangannya, publik diperkenalkan dengan biopestisida. Dr. Desak menjelaskan, ini merupakan agen pengendali hayati berupa metabolit sekunder yang memiliki penghambat terhadap patogen melalui senyawa kimia yang dihasilkannya.
Baca Juga
Advertisement
Biopestisida termasuk pestisida ramah lingkungan karena menggunakan bahan baku hayati dan proses pembuatan yang tidak membutuhkan biaya, tekanan, juga suhu yang tinggi. "Produk samping yang dihasilkan juga dapat didaur ulang jadi produk bernilai," imbuhnya.
Lebih lanjut dijelaskan, biopestisida yang telah dikembangkan diklasifikasikan ke dalam tiga jenis. Pertama, biopestisida mikroba. Ini mampu mengendalikan hama tertentu karena sasarannya bersifat khusus terhadap OPT, sehingga tidak menimbulkan kerugian terhadap organisme bukan sasaran.
Kemudian, biopestisida pelindung tanaman. Dalam kategori ini, tanaman dapat diberikan gen yang membantu tubuh tanaman menghasilkan zat untuk melawan hama. "Pestisida buatan sendiri ini disebut plant-incorporated protectants (PIPs). Tanaman PIP yang menargetkan serangga bisa disebut 'tahan serangga,'" papar Dr. Desak.
Terakhir, pestisida biokimia, yakni zat alami yang mengendalikan hama dengan mekanisme tidak beracun. Ini termasuk zat yang mengganggu perkawinan, seperti feromon, serta berbagai ekstrak tumbuhan beraroma yang memerangkap hama serangga.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Keuntungan Pakai Pestisida Ramah Lingkungan
Dr. Desak menjelaskan, secara inheren, biopestisida biasanya kurang beracun dibanding pestisida konvensional. Kemudian, penggunaannya hanya memengaruhi hama sasaran dan organisme yang terkait erat.
Biopestisida juga sering kali efektif dalam jumlah yang sangat kecil dan terurai dengan cepat. Alhasil, pemanfaatannya menghasilkan eksposur yang lebih rendah dan sebagian besar menghindari masalah polusi.
"Ketika digunakan sebagai komponen program pengendalian hama terpadu (PHT), biopestisida dapat sangat mengurangi penggunaan pestisida konvensional, tapi di sisi lain, hasil panen tetap tinggi," Dr. Desak mengatakan.
Advertisement
Mutasi Tanaman Hias
Di kesempatan yang sama, Dr. Sasanti Widiarsih dari Pusat Riset Teknologi Aplikasi Isotop dan Radiasi (PRTAIR) menjelaskan, di dunia tanaman hias, mutasi merupakan novelty bernilai ekonomi tinggi. Perubahan susunan genetik individu dapat diwariskan secara alami.
Namun demikian, mutasi ini juga bisa diinterupsi manusia melalui proses induksi. "Dalam 80 tahun terakhir, mutasi induksi rutin digunakan untuk meningkatkan variasi genetik berbagai komoditas dan memperbaiki varietas yang ada," tuturnya.
Lebih lanjut Dr. Sasanti menjelaskan, ada dua jenis mutagen dalam kasus ini. Pertama, mutagen fisika dengan yang paling populer memanfaatkan sinar gamma, X, neutron, dan ion beam. Sementara mutagen kimia menggunakan EMS.
Infografis Tanaman Sayuran yang Cocok Ditanam di Lahan Sempit
Advertisement