Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menegaskan bahwa keberhasilan pengelolaan iklim di Indonesia dapat dicapai karena Indonesia menempatkan aksi iklim dalam konteks pembangunan berkelanjutan. Jokowi menyebut pertimbangan aspek lingkungan dengan ekonomi dan sosial harus dipadukan.
Hal ini disampaikan Jokowi saat menjadi salah satu pembicara dalam World Leaders Summit on Forest and Land Use di Scotish Event Campus, Glasgow, Skotlandia, Selasa (2/11/2021). Adapun Jokowi mendapat undangan khusus dari Perdana Menteri Inggris Boris Johnson untuk menjadi pembicara.
"Kebijakan pengelolaan hutan berkelanjutan harus memadukan pertimbangan lingkungan dengan ekonomi dan sosial. Kemitraan dengan masyarakat juga diutamakan," kata Jokowi dikutip dari siaran pers Sekretariat Presiden, Selasa.
Baca Juga
Advertisement
Di hadapan para pemimpin dunia, dia menjelaskan bahwa program perhutanan sosial dibuat agar konservasi hutan disertai terciptanya penghidupan bagi masyarakat sekitar. Jokowi menyebut hal ini penting sebab 34 persen dari seluruh desa di Indonesia berada di perbatasan atau di dalam kawasan hutan.
"Jutaan masyarakat Indonesia menggantungkan hidupnya dari sektor kehutanan. Menafikan hal ini bukan saja tidak realistis, namun juga tidak akan _sustainable_," tegasnya.
Menurut dia, 90 persen penduduk dunia yang hidup dalam kemiskinan ekstrem bergantung pada hutan. Untuk itu, penyalahgunaan isu perubahan iklim sebagai hambatan perdagangan adalah kesalahan besar.
"Hal itu akan menggerus _trust_ terhadap kerja sama internasional atasi _climate change_, dan malah menghalangi pembangunan berkelanjutan yang justru sangat dibutuhkan," ujar Jokowi.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kerangka Pembangunan Berkelanjutan
Dia menilai bahwa pengelolaan hutan dalam kerangka pembangunan berkelanjutan menjadi satu-satunya pilihan. Indonesia siap berbagi pengalaman dan pengetahuan untuk itu.
"Mari kita kelola hutan yang _pro-environment, pro-development_ dan _people-centered_. Ini adalah tujuan utama dari Forest, Agriculture and Commodity Trade Dialogue, atau FACT Dialogue, yang diketuai bersama Indonesia bersama Inggris sehingga hutan akan menjadi solusi berkelanjutan bagi aksi iklim global," tutur dia.
Sebelumnya, pada KTT Pemimpin Dunia COP26, Jokowi mengumumkan bahwa sektor kehutanan dan lahan Indonesia akan mencapai _Net Carbon Sink_ pada tahun 2030. Hal tersebut adalah komitmen Indonesia menjadi bagian dari solusi.
"Capaian nyata Indonesia di sektor kehutanan tidak terbantahkan. Pada tahun 2020, tingkat kebakaran hutan diminimalisir hingga 82 persen," ucap dia.
Selain itu, pada tahun 2019, penurunan emisi dari hutan dan tata guna lahan ditekan hingga 40,9 persen jika dibandingkan tahun 2015. Deforestasi hutan Indonesia juga mencapai tingkat terendah dalam 20 tahun terakhir.
"Ini dilakukan saat dunia tahun lalu kehilangan 12 persen lebih banyak hutan primer dibanding tahun sebelumnya dan ketika banyak negara maju justru mengalami kebakaran hutan dan lahan yang terbesar sepanjang sejarah," jelas Jokowi.
Advertisement