6 Fakta Menarik Kabupaten Katingan yang Punya Cerita Legenda Mangkikit

Kabupaten Katingan merupakan salah satu kabupaten hasil pemekaran di awal masa reformasi.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Nov 2021, 08:49 WIB
Pemandangan di Taman Nasional Sebangau, Provinsi Kalimantan Tengah. (dok. tnsebangau.com)

Liputan6.com, Jakarta - Katingan, kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah itu beribu kota di Kasongan. Kabupaten itu merupakan hasil pemekaran Kabupaten Katingan Timur yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2002.

Luas wilayahnya 17.500 kilometer persegi yang terdiri dari 13 kecamatan. Kabupaten ini dilintasi oleh Sungai Katingan sepanjang kurang lebih 650 kilometer.

Pada 2020, jumlah penduduk Kabupaten Katingan sebanyak 162.222 jiwa, dengan Generasi Z mendominasi populasi yakni sebanyak 47.363 jiwa. Generasi Z merupakan masyarakat dengan tahun kelahiran 1997 hingga 2012. Sebanyak 82.135 jiwa penduduk tergolong usia angkatan kerja.

Secara geografis, kabupaten itu berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Barat di sebelah utara; di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Gunung Mas, Kota Palangkaraya, dan Kabupaten Pulang Pisau; di sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa; serta sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kotawaringin Timur dan Kabupaten Seruyan.

Tentunya, masih banyak fakta menarik lainnya dari Katingan. Berikut enam fakta menarik dari Kabupaten Katingan yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.

1. Taman Nasional Sebangu

Taman Nasional Sebangu terletak di tiga wilayah Provinsi Kalimantan Tengah, yaitu Kabupaten Katingan, Kabupaten Pulang Pisau, dan Kota Palangka Raya. Taman nasional ini memiliki luas 568.700 hektare, berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.SK.423/Kpts-II/2004 pada 19 Oktober 2004.

Flora yang tumbuh di taman nasional ini di antaranya rasau (Pandanus helicopus) dan kantong semar (Nepenthes sp. dan Nepenthes ampullaria). Rasau merupakan tumbuhan sejenis pandan yang biasanya tumbuh di tepi sungai dan danau di kawasan rawa gambut. Pucuk daun tanaman ini merupakan makanan alternatif bagi bekantan dan orang utan.

Selain itu, terdapat pula berbagai fauna yang hidup di Taman Nasional Sebangu, antara lain macan dahan kalimantan (Neofelis diardi), bekantan (Nasalis larvatus), orangutan (Pongo pygmaeus), dan Ciung-air Coreng Kalimantan. Macan dahan kalimantan merupakan hewan pemangsa terbesar di Kalimantan dan dikategorikan oleh Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) sebagai fauna rentan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


2. Bukit Batu Pertapaan Tjilik Riwut

Potret Bukit Batu Pertapaan Tjilik Riwut di Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah. (dok. pariwisata.kalteng.go.id)

Bukit Batu Pertapaan Tjilik Riwut berada di Kasongan Lama, Kecamatan Katingan Hilir, persis di pinggir jalan lintas Kalimantan Tengah. Bukit ini terkenal dengan keindahannya karena terdapat hamparan tumpukan batu-batu besar yang membentuk bukit.

Batu tersebut didominasi oleh warna hitam dan abu lumut, tetapi pada beberapa bagian batu juga terdapat warna putih. Ukuran batunya berbeda-beda dan berada di tengah hutan, bukan di bantaran sungai.

Selain itu, bukit batu ini dikenal akan cerita mistis yang dialami oleh Tjilik Riwut, salah satu pahlawan nasional dan tokoh pendiri Provinsi Kalimantan Tengah. Menurut cerita masyarakat setempat, Tjilik Riwut bertapa di bukit ini sebelum ikut berjuang melawan penjajah Belanda.

Daya tarik Bukit Batu Pertapaan Tjilik Riwut tidak hanya pada keindahan alam dengan tumpukan batu yang unik, banyak pula yang mengunjungi untuk mencari keberuntungan. Beberapa batu yang berada di bukit batu ini dipercaya memiliki nilai mistis tersendiri.

3. Pegunungan Schwaner

Nama Pegunungan Schwaner diambil dari nama penjelajah alam asal Jerman yang telah menjelajahi Kalimantan dari Banjarmasin ke Pontianak yang bernama Carl Schwaner. Pegunungan ini berada di perbatasan Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.

Pegunungan Schwaner memiliki puncak tertinggi yang bernama Bukit Raya dan menjadi gunung tertinggi di Kalimantan dengan ketinggian 2.278 mdpl. Pemandangan yang didapatkan ketika menjelajahi pegunungan ini yaitu keindahan alam yang masih asri dan dapat menikmati matahari terbit yang eksotis.

Area ini juga menjadi rumah bagi flora dan fauna penting, salah satunya bagi 7.500 orang utan kalimantan. Selain itu, terdapat pula rangkong gading (Rhinoplax vigil), beruang madu (Helarctos malayansus), owa kelempiau (Hylobates muelleri), serta ratusan spesies burung dan reptil.

4. Rumah Betang Tumbang Manggu

Rumah Betang Tumbang Manggu merupakan rumah adat Suku Dayak yang dijadikan sebagai tempat wisata budaya. Rumah ini terletak di Desa Tumbang Manggu, Kecamatan Sanaman Mantikei.

Rumah betang ini dimiliki oleh Syaer Sua yang merupakan seorang budayawan. Selain berfungsi sebagai tempat tinggal, Rumah Betang Tumbang Manggu juga digunakan untuk pusat pertunjukan budaya dan adat oleh masyarakat setempat.


5. Legenda Mangkikit

Tarian tradisional Kabupaten Katingan, Tari Pedalaman. (dok. diskominfo.kalteng.go.id)

Legenda Mangkikit berasal dari Sungai Katingan di Kalimantan Tengah. Terdapat sebuah jeram yang disebut Riam Mangkikit di Sungai Katingan dan terdapat sebuah Batu Tangudau. Penamaan batu ini dikarenakan di bawah batu terdapat lubang ikan Tangudau, sejenis ikan hiu.

Konon, di tengah riam terdapat kampung kecil yang hanya terdapat rumah bentang, rumah keluarga yang luas, dan lima rumah biasa. Pemimpin daerah tersebut bernama Mangkikit, seorang pemuda yang gagah berani dan disegani masyarakat setempat. Istrinya, Nyai Endas seorang perempuan yang sangat cantik.

Suatu ketika, istrinya diculik oleh laki-laki tampan yang menyambangi rumahnya untuk mencari Mangkikit. Nyai Endas tidak bisa menolak permintaan laki-laki tampan tersebut dan mengikutinya. Namun, Nyai Endas berpesan kepada Dungak (seorang laki-laki setengah baya) dan Tambi Jongkong (seorang perempuan tua) yang tinggal bersamanya untuk terus mengawasi ke mana ia pergi.

Para warga termasuk Dungak dan Tambi Jongkong tidak berani untuk memberitahukan Mangkikit, akhirnya ada seorang lelaki tua yang memberitahu Mangkikit. Mendengar penjelasan tersebut Mangkikit tidak marah dan meminta warga untuk berkumpul pada malam hari dan berpesta mulai dari rumah paling ujung bagian hulu.

Sepuluh hari kemudian, pesta tersebut diakhiri di rumah betang Mangkikit dan ia meminta seluruh kepala keluarga untuk membakar rumahnya. Para warga kemudian diminta untuk berkumpul di pinggir sungai dan turun ke bawa Batu Tangudau dengan tenang, sementara Mangkikit menabur beras kuning ke pusaran air Batu Tangudau.

Setelah seluruh penduduk masuk, Mangkikit melihat sebuah kampung yang bersih dan rapi, tapi sepi penduduk. Tidak jauh dari kampung tampak Nyai Endas di halaman sebuah rumah besar dan bagus. Nyai Endas memberitahu Mangkikit kalau laki-laki yang menculiknya sedang tidur. Mangkikit membunuh laki-laki itu dengan menggunakan dohong yang terselip di pinggangnya.

Nyai Endas bercerita bahwa kampung tersebut merupakan tempat tinggal bangsa ikan Tangudau dan di siang hari mereka pergi mencari makan. Akhirnya, Mangkikit menjadi raja di sana dan hidup dengan damai.

6. Tarian Tradisional

Kabupaten memiliki tarian tradisional yang bernama Tari Pedalaman. Tari Pedalaman merupakan pertunjukkan kreasi tari tradisional Dayak Kalimantan Tengah.

Tarian ini mengangkat sinopsi cerita menarik yang diambil dari legenda atau cerita rakyat daerah. Tari Pedalaman diiringi dengan beberapa alat musik antara lain gong, kangkanung, dan seruling. (Gabriella Ajeng Larasati)


9 Strategi Antisipasi Potensi Gelombang III Covid-19

Infografis 9 Strategi Antisipasi Potensi Gelombang III Covid-19 Saat Libur Nataru. (Liputan6.com/Niman)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya