Liputan6.com, Jakarta Aktris FTV Hanna Kirana meninggal dunia pada Selasa (2/11/2021) pukul 21.00 WIB. Meninggalnya wanita yang juga sepupu Citra Kirana ini dikabarkan akibat gagal jantung.
Kabar ini diketahui dari unggahan sejumlah selebriti di Instagram. Salah satunya berasal dari unggahan Masayu Anastasia.
"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un @hannakirana23 ALLAH lebih sayang kmu de... It my heart (broken) know that you're gone," tulisnya.
Berbicara mengenai kondisi tersebut, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, Siti Elkana Nauli menjelaskan, gagal jantung adalah sebuah kondisi saat fungsi jantung dalam memompa darah sudah tak maksimal.
Baca Juga
Advertisement
Darah yang dipompa tidak mampu lagi mencukupi kebutuhan seluruh jaringan tubuh. Akibatnya, pasien mengalami gejala seperti mudah lelah dan sesak napas saat beraktivitas.
"Berat ringannya gejala tergantung tahapan atau stage gagal jantung," kata Siti.
Tingkat Kesakitan dan Kematian Tinggi
Siti menambahkan, tingkat kesakitan dan kematian pasien gagal jantung memang sangat tinggi. Bahkan, kualitas hidup pasiennya pun jauh lebih buruk dibandingkan penyakit jantung lainnya.
"Angka harapan hidupnya selama lima tahun hanya sekitar 50 persen saja. Untuk pasien rawat inap, angka kematiannya bahkan lebih tinggi lagi, yakni 17 sampai 20 persen akan meninggal dalam waktu 30 hari dirawat."
Tidak sebanyak penderita jantung koroner, tapi sebagian besar kasus gagal jantung bersifat permanen dengan angka harapan hidup lebih rendah.
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan perhimpunan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di Indonesia melalui registrasi data pasien jantung antara 2017 sampai 2020, dari sekitar 2.000 pasien gagal jantung, mayoritas disebabkan hipertensi, penyakit jantung koroner, dan diabetes.
Advertisement
Pengobatan Gagal Jantung
Terkait pengobatannya, dokter spesialis jantung Rumah Sakit Kasih Ibu Kedonganan, Bali, Ni Wayan Lena Agustinimenjelaskan bahwa manajemen gagal jantung dapat menjadi 2 kelompok utama yaitu manajemen non farmakologi dan manajemen farmakologi.
Manajemen non farmakologi meliputi:
- Memberikan edukasi pada pasien dan keluarga. Dengan memberikan penjelasan yang baik tentang penyakit yang diderita oleh pasien, faktor risiko apa saja yang dapat memperburuk kondisi gagal jantung yang sudah ada dan hal-hal apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pasien dengan gagal jantung.
Hal ini menjadi sangat penting karena dengan pasien memahami kondisinya secara baik akan dapat memengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalankan proses pengobatan gagal jantung yang tentunya bisa memerlukan waktu yang lama.
Dengan tingkat kepatuhan pengobatan yang baik diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat gagal jantung serta menurunkan angka rehospitalisasi.
- Pemantauan berat badan mandiri di rumah sangat penting karena ketika terjadi peningkatan berat badan lebih dari 2 kilo dalam waktu 2 hari maka pasien harus menyesuaikan pengobatan yang sudah dijalani pasien seperti meningkatkan dosis obat diuretika yang dimiliki oleh pasien atau pasien dapat segera berkonsultasi dengan dokter nya.
- Pembatasan cairan. Pasien dengan gagal jantung terutama dengan gejala berat memerlukan pembatasan cairan sebanyak 900 ml sampai 1200 cc cairan per hari bergantung berat badan pasien.
- Pasien gagal jantung dengan obesitas diharapkan dapat mengurangi berat badannya dengan harapan dapat mencegah perburukan gagal jantung, dan memperbaiki kualitas hidup.
- Latihan fisik sangat dianjurkan dilakukan oleh semua pasien gagal jantung yang sudah stabil. Latihan fisik dapat dilakukan oleh pasien secara mandiri di rumah.
Sedang, pengobatan farmakologi gagal jantung saat ini sudah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini dapat berupa obat-obatan wajib yang harus diberikan pada pasien gagal jantung atau dapat dengan menggunakan tambahan device (alat) pada pasien dengan gagal jantung yang sudah lanjut (advanced heart failure).
Pengobatan farmakologi utama pasien gagal jantung saat ini berupa pemberian obat golongan ACE inhibitor (angiotensin converting enzyme) atau ARB (angiotensin receptor blocker); penghambat reseptor beta; aldosterone antagonis; ivabradine; H-ISDN (hydralazine-Isosorbide Dinitrate); digoksin; diuretika.
“Tentu saja dalam pemberian obat-obatan ini harus dikonsultasikan dengan dokter spesialis jantung terlebih dahulu dan tergantung dengan kondisi klinis pasien.”
Infografis Jantung
Advertisement