Liputan6.com, Jakarta - Indonesia berseru kepada semua negara untuk bahu membahu dan mengambil aksi bersama guna bencana perubahan iklim. Saat ini dampak perubahan iklim tersebut sudah terasa seperti kenaikan permukaan air laut, perubahan pola musim, dan meningkatnya cuaca ekstrem.
Di Indonesia, aksi bersama sudah dijalankan dengan melibatkan akademisi, pelaku bisnis, LSM, dan masyarakat. Hal ini dilakukan karena pengendalian perubahan iklim tak bisa dilakukan sendiri.
Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong menegaskan, Indonesia memiliki komitmen kuat untuk mencapai tujuan jangka panjang dalam pengendalian perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan.
"Kami menyerukan semua negara untuk bekerja sama menyelamatkan bumi. Kami bagikan kami targetkan dan capai, kami meminta agar negara lain juga melakukan hal yang sama," katanya di Konferensi Perubahan Iklim (UNFCCC) COP26 yang berlangsung di Glasgow, Skotlandia, seperti ditulis Rabu (3/11/2021).
Paviliun Indonesia pada COP26 kali ini mengambil tema 'Leading Climate Actions Together: Indonesia FOLU Net Sink 2030'. Paviliun Indonesia akan menyuarakan tindakan, strategi, dan inovasi Indonesia kepada dunia internasional berupa aksi-aksi Indonesia dalam mencegah perubahan iklim
"Paviliun Indonesia komitmen Indonesia dalam negosiasi global, dan menyajikan banyak pelajaran dari lapangan," tutur Alue.
Baca Juga
Advertisement
Paviliun Indonesia
Ketua Paviliun Indonesia Agus Justianto memaparkan aksi-aksi bersama Indonesia dalam pengendalian perubahan iklim ditampilkan dalam 75 sesi panel dengan 422 pembicara di Paviliun Indonesia yang digelar di Glasgow dan Jakarta secara paralel.
Agus menyatakan selain pejabat tinggi dari berabagai Negara, Paviliun Indonesia juga akan menghadirkan pembicara dari LSM, berbagai organisasi, pemerintah daerah, dan juga masyarakat di tingkat tapak.
Alue Dohong menekankan pentingnya melibatkan semua pihak termasuk swasta dalam pengendalian perubahan iklim. "Kita harus melihat potensi swasta untuk mencapai NDC, karena ada tangung jawab bersama di sana," kata dia.
Sebagai kontribusi dalam pengendalian perubahan iklim, Indonesia menegaskan target untuk mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 41% dengan dukungan Internasional dalam Updated NDC (Nationally Determined Contribution)
Indonesia juga sudah mencangkan untuk mencapai Net Sink FOLU tahun 2030 yang berarti penyerapan emisi gas rumah kaca dari sektor hutan dan lahan (FOLU) lebih tinggi ketimbang yang terlepas. Sektor FOLU sendiri ditargetkan dapat berkontribusi hampir 60% dari total target penurunan emisi nasional.
Kedua komitmen Indonesia tersebut tercantum di dalam dokumen Updated NDC dan Long-Term Strategies for Low Carbon and Climate Resilience 2050 (LTS-LCCR 2050) yang telah disampaikan kepada Sekretariat UNFCCC Juli 2021.
Advertisement
Tata Kelola Gambut
Sementara itu Direktur APP Sinar Mas, Suhendra Wiriadinata yang juga hadir di lokasi konferensi menyatakan pihaknya siap untuk mendukung pencapaian NDC dan komitmen FOLU Net Sink yang dicanangkan pemerintah.
"Korporasi merupakan salah satu bagian dari non-state actor yang berupaya untuk berperan serta dalam program adaptasi dan mitigasi. Inisiatif ini sangat penting untuk mencapai pemenuhan target National Determined Contribution (NDC) di Indonesia," tambah Suhendra
Langkah yang dilakukan APP Sinar Mas diantaranya adalah mengikuti arahan pemerintah untuk perbaikan tata kelola gambut dan mendukung pembentukan program kampung iklim untuk peningkatan ketahanan iklim masyarakat di tingkat tapak.